Anekdot Sisipan Taushiyah
Tidak jarang dalam taushiyah atau kajian dalam satu majelis, penceramah menyampaikan sisipan berupa joke atau kisah lucu. Salah satu di antaranya dalam format teks anekdot. Dengan teks anekdot yang disusun dengan cermat, penceramah bisa membangun antusiasisme audiens untuk menyimak dan berusaha mengambil hikmahnya.
Teks anekdot adalah teks naratif singkat, unik, dan lucu. Teks anekdot dibuat bertujuan sebagai sarana untuk 1. membangkitkan tawa bagi pembaca atau pendengar, boleh juga disampaikan di majelis kajian, 2. menghibur anggota dalam kelompok, dan 3. menyampaikan kritik yang bersifat menyentil dan tidak menyinggung seseorang.
Struktur teks anekdot mencakup : 1. judul, 2. abstrak, 3. orientasi, 4. krisis, 5. reaksi, dan 6. koda. Judul merupakan nama teks anekdot yang ditulis singkat, padat, jelas dan langsung merujuk pada objek anekdot. Abstrak adalah bagian awal (pembuka) teks yang memberikan deskripsi secara singkat. Abstrak menjadi rambu-rambu bagi pembaca terkait maksud penulis. Sedangkan orientasi merupakan bagian krusial latar belakang peristiwa yang berperan sebagai penyebab dari timbulnya krisis (konflik batin maupun konflik antartokoh).
Adapun krisis merupakan komplikasi terkait masalah unik atau tidak biasa yang terjadi. Krisis yang terjadi berupa ketidakpuasan, kejanggalan, keanehan, dan sebagainya. Sedangkan reaksi merupakan bagian bagaimana tokoh naratif menyelesaikan masalah. Reaksi berupa sikap mencela, menertawakan, konyol, absurd, dan sebagainya yang bersifat mengejutkan atau tidak terduga. Yang terakhir, koda berupa simpulan atau pesan dari penulis untuk dicamkan pembaca terkait komentar, persetujuan, penjelasan, dan sebagainya, yang ditandai dengan “itulah, akhirnya, demikianlah, memanglah”, dan sebagainya. berikut contoh anekdot dengan judul yang sama dengan judul artikel ini “Berhentilah Memarahi Istri”.
Ada seorang laki-laki yang tidak pernah marah ataupun membentak istri. Ketika seorang temannya bertanya padanya,”Kenapa kau tidak pernah memarahi istrimu?
Ia pun bercerita :
“Dulu aku pernah melihat istriku dicakar oleh kucing kesayangannya,istriku hanya tesenyum dan berkata ‘SATU’.
Keesokan harinya kucing itu mencakar istriku lagi,tapi istriku tetap tersenyum dan berkata ‘DUA’.
Ternyata esok harinya kucing itu mencakar istriku lagi dengan tetsenyum dan berkata ‘TIGA’.
Kemudian istriku mengambil bungkusan dan menaburkan isi bungkusan diatas ikan dan dihidangkan kepada si kucing,dan si kucing segera melahapnya dan badannya pun kejang-kejang lalu mati.
Aku terkejut dan jelas marah,langsung aku berteriak"hei kau sudah gila ya?... kau racuni kucing itu hanya karena mencakar mu tiga kali".
Istriku hanya tersenyum sambil bekata "SATU".
Sejak saat itu aku tidak pernah lagi memarahi istri.
Teman laki-laki itu berseloroh,”Racun tikus kok buat coba-coba?!”
*******
Pembuka Taushiyah Kultum
Contoh teks anekdot tersebut di atas bisa dipergunakan sebagai pembuka taushiyah kultum (kuliah tujuh menit). Teks anekdot baru bisa disampaikan apabila audiens sudah dalam kondisi siap menerima taushiyah. Hal yang harus diperhatikan ialah jangan mencantumkan nama yang mengarah kepada nama anggota jamaah apalagi tetangga sendiri yang mengarah kepada ghibah. Profesi pun sedapat mungkin dihindari disebutkan. Hal ini perlu diperhatikan agar taushiyah berjalan dengan aman dan nyaman serta audiens bisa mengambil hikmahnya. Misalnya sebagai berikut.
Jamaah Majelis Darwis yang dimuliakan Allah.
Berumah tangga tidak selamanya berjalan datar tanpa ada masalah. Memadukan dua insan dengan latar belakang dan karakter berbeda tidaklah mudah. Kadang terjadi perselisihan yang umumnya disebabkan oleh perbedaan sudut pandang.
Skala level konflik pun beragam. Ada yang bisa selesai dalam hitungan jam, namun ada juga yang berlarut-larut sampai tidak bertegur sapa dalam level yang sangat parah.
Sebagai pemimpin, suami berkewajiban membawa rumah tangganya ke arah yang diridhai Allah. Untuk menuju ke sana, diperlukan kesabaran yang luar biasa. Tapi namanya manusia, tak luput dari perbuatan dosa. Suami bisa emosi dan melampiaskannya kepada istri, karena suami pada dasarnya memiliki ego yang tinggi.
Islam melarang keras suami membentak istri. Hal ini sangat beralasan, di antaranya : 1. Bertentangan dengan pesan Rasulullah, 2. jasa istri tidak terukur materi, 3. doa istri sangat mustajab, 4. perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki, 5. bentakan membuat perempuan lemah, 6. menyakiti istri sama halnya menyakiti anak-anak.
Dalam QS An-Nisa 4:19, Allah berfirman :
یٰۤاَیُّهَا الَّذِیْنَ اٰمَنُوْا لَا یَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَرِثُوا النِّسَآءَ كَرْهًاؕ وَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ لِتَذْهَبُوْا بِبَعْضِ مَاۤ اٰتَیْتُمُوْهُنَّ اِلَّاۤ اَنْ یَّاْتِیْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَیِّنَةٍۚ وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۚ-فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَیْــٴًـا وَّیَجْعَلَ اللّٰهُ فِیْهِ خَیْرًا كَثِیْرًا
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
Juga dalam sebuah hadits, Rasulullah berpesan, "Sebaik-baik kalian (adalah) yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku," (Hadits Riwayat Tirmidzi).
Nabi Muhammad melarang pasangan untuk saling membenci, karena satu karakter yang buruk. Jika istri memiliki sifat yang tak baik, maka dia mungkin memiliki banyak sifat lain yang baik sebagai alasannya. Hadits tersebut juga memerintahkan untuk berperilaku sabar atas sifat tak baik yang dimiliki pasangan. Istri memiliki sumbangsih yang besar untuk keberlangsungan suatu rumah tangga. Mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat serta mendidik buah hati, tak ada yang bisa diukur dengan materi. Di tengah kepenatannya tersebut, istri masih harus mengurus rumah tangga, memenuhi kebutuhan suami, dan memastikan rumah menjadi tempat yang layak n nyaman untuk dihuni.
Doa seorang istri sangat mustajab untuk suaminya, seperti doa untuk kesuksesan karier suami, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah. Apakah suami ingin kehilangan semua ini hanya karena membentaknya (istri)?
Perempuan itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, yang dekat dengan hati laki-laki. Jadi, masih tegakah untuk membentak dan menyakitinya? Dalam hadits riwayat Muslim diceritakan, "Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya, maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya, namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya."
Perempuan itu diciptakan untuk menjadi manusia yang terkuat. Dia bisa melakukan apa saja dan menahan derita apapun demi mendukung suami dan keluarganya. Tapi akibat bentakan suami, rontoklah kekuatan itu. Karena tidak hanya perasaannya yang rusak, tapi jiwa raganya pun ikut remuk redam.
Istri yang hatinya hancur dan jiwa raganya remuk redam akan berdampak buruk terutama bagi anak-anak. Karena hatinya tersakiti, istri (ibu bagi anak-anak) tidak bisa lagi merawat anak-anak dengan penuh cinta dan kasih sayang. Mereka akan terlantar dan tidak lagi mendapat perhatian dari ibunya. Na’udzubillahi min dzalik.
Nashrun min Allah wa fathun qariib.
Pangkur-Ngawi, 27 Mei 2024 M / 19 Dzulqa’idah 1445 H Pukul 14.01 WIB *) Penulis adalah Budayawan/Penasihat GPMB Ngawi bertempat tinggal di Desa Pangkur, Kecamatan Pangkur, Ngawi dan Pengurus PCM Pangkur
Terima kasih ustadz.....subhanallah.....bagus sekali Esainya, ustadz Kusfandiari MM Abu Nidat 👍
BalasHapus