Media Pustaka, Informasi dan Digitalisasi

Rabu, 19 Juni 2024

Dari Sudut Mana Kita Memandang? - Esai Kusfandiari MM AbuNidhat*)


Seperti biasa, Guru Galib singgah dari grup yang satu ke grup yang lain. Jika ada postingan menarik, ia baca. Namun, jika tidak menarik, ia melakukan eksekusi “scroll” ke bawah, yang memberi kesan anggota yang satu ini telah membaca meski cuma “monitoring” padahal ia telah melakukan lompatan sampai puluhan pesan.

Satu ketika di salah satu grup, lupa grup yang mana, Guru Galib menemukan pesan dan siap untuk diolah sebagai berikut (sudah mengalami penyuntingan agar enak dibaca).

Teks 1
Saat bertamu seorang teman bertanya, “Berapa gajimu sebulan kerja di tempat itu?
Ia menjawab, "1.300.000 ".
"Hah... Hanya 1.300.000? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa itu cukup untuk memenuhi keperluan hidupmu? Kenapa engkau tidak meminta kenaikan gaji?
Sejak saat itu ia pun merasa kurang puas dan tidak bersemangat di tempat kerjanya. Keesokan harinya, ia meminta kenaikan gaji pada pemilik tempat kerja. Pemilik itu menolak. Ia dipecat. Akhirnya, ia mengganggur dan tidak ada sumber pendapatan.


Teks 2
Saat arisan seorang ibu bertanya,"Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? Bukankah anak-anakmu banyak? Kenapa engkau tidak mencoba kredit rumah baru?"
Sejak saat itu rumah yang tadinya terasa lapang dan menyenangkan mulai ia rasakan sempit. Dan ketenangan pun semakin hilang saat keluarga ini mulai sering stres sebab terlilit hutang riba, dan karena ia tidak sanggup membayar cicilan. Akhirnya rumahnya pun disita oleh pihak bank.


Teks 3
Saat berkunjung, seorang saudara laki-laki bertanya kepada adik perempuannya yang baru saja melahirkan, "Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?"
"Tidak ada", jawab adiknya singkat.
Saudara laki-lakinya berkata lagi,"Serius, apa engkau tidak berharga di sisi suamimu? Aku saja sering memberi hadiah kepada istriku meski bukan di hari-hari istimewanya."
Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari bekerja meja makan pun kosong, dan ia mendapati istrinya murung di dalam kamar. Lalu keduanya terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, suami-istri ini akhirnya bercerai karena si istri berpikir suaminya tidak mampu membahagiakannya.


Teks 4
Saat menjenguk ke rumah, seorang tetangga berkata kepada kepada seorang nenek tua yang sakit,"Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan?"
"Sebulan sekali," jawab sang nenek.
Sang tetangga pun menimpali "Wah, keterlaluan sekali anakmu itu. Di usia senja sepertimu ini seharusnya ia mengunjungimu lebih sering, kenapa engkau tidak memintanya setiap seminggu ? ".
Hati si nenek itu pun “terpukul” dan menjadi sedih. Padahal tadinya ia amat rela jika hanya dikunjungi sebulan sekali oleh anaknya, sebab anaknya sibuk bekerja di luar kota. Kini sang nenek jadi sering menangis dan marah. Hingga akhirnya anaknya pun terpaksa harus pulang pergi ke tempat kerja meski jauh, dan karena sering telat, akhirnya ia dipecat.


Pembaca sekalian yang budiman. Keempat macam teks tersebut di atas mungkin sering kita baca. Pengirimnya bersemangat untuk mewartakan, dengan harapan agar dibaca oleh para peserta dalam grup. Tidak ada salahnya jika disebarkan sebagai pesan yang baik. Pesan selanjutnya sebagai taushiyah, agar kita (pembaca) tidak mencontoh perilaku yang membuat lawan bicara menjadi tidak bersemangat dan mengubah pola pikir yang mengarah sikap terpuruk. Keempat teks tersebut di atas dilengkapi dengan semacam resolusi sebagai berikut.

Pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut di atas dalam kehidupan sehari-hari nyata adanya, dan tak sedikit rumah tangga yang awalnya tenang akhirnya menjadi berantakan.

Sejujurnya, apa sebenarnya keuntungan yang diperoleh ketika kita bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas itu?Maka berusahalah tidak ikut campur dalam rumah tangga orang lain. Jagalah ucapan kita saat bertemu atau berkunjung kepada seseorang. Jangan mencampuri kehidupan orang lain! Jangan mengecilkan dunia mereka! Jangan menjadi provokasi, sehingga menanamkan rasa tidak bersyukur pada yang mereka miliki.

Berusahalah masuklah ke rumah orang lain seperti orang buta dan keluarlah dari rumah orang lain seperti orang bisu. Apa yang Anda lihat dan dengar di dalam rumah mereka BUKANLAH URUSAN ANDA! Sebab bila ada bom pertengkaran yang meledak, bisa jadi, kitalah sebenarnya yang menyalakan sumbunya.


Pembaca sekalian yang budiman, keempat teks tersebut di atas dirancang dari sudut pandang penanya (komunikator) dan membuat lawan bicara (komunikan) menjadi terpuruk. Setelah diteliti ulang, Guru Galib menemukan bahwa teks yang terurai tersebut di atas berasal dari Habibie Quotes, 10 Maret 2017. Sebenarnya kita bisa membuat teks dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu tanggapan komunikan yang ulet dan tangguh. Bukankah di era yang semakin penuh masalah ini, kita mesti memiliki filter untuk bisa memilah dan memilih mana-mana ucapan yang memberi motivasi kepada kita. Jika ada pertanyaan atau pernyataan yang menggiring kepada situasi yang negatif, kita mesti bisa meng-counter untuk mengatakan,”Tidak masalah, Bung! Saya punya cara tersendiri dalam mengambil sikap dan melakukan survive.”

Guru Galib memberikan contoh teks lain sebagai berikut.

Teks 5
Biro jodoh mempertemukan calon pasangan. Mereka terlibat percakapan serius.
Bautpager : Aku karyawan di salah satu pabrik terkenal di kota ini. Gajiku per bulan hanya tiga juta per bulan.
Sambeltery : Berarti sehari seratus ribu.
Bautpager : Begitulah kiranya.
Sambeltery : Terus?
Bautpager : Nanti, kalau kita sudah menikah, sebagian besar gajiku, kuserahkan kepada dirimu.
Sambeltery : Berapa?
Bautpager : Dua juta empat ratus ribu.
Sambeltery : Berarti delapan puluh ribu setiap hari.
Bautpager : Mampuku segitu.
Sebagai perempuan, yang secara umum dibingkai "matre", Sambeltery punya perhitungan yang njlimet. Juga secara etika tidak serta merta menerima "lamaran" Bautpager.
Bautpager : Bagaimana?
Sambeltery : Saya pikir dulu.
Setelah sepekan, Bautpager bertandang ke rumah Sambeltery untuk memastikan “lamarannya” diterima.
Bautpager : Bagaimana?
Sambeltery : Begini, kau tidak usah bekerja jauh-jauh, kelola lahan di belakang rumah, banyak rumput liar terhampar. Kau bisa memiara beberapa ekor kambing. Juga ada tanaman singkong, tales, gembili, ketela rambat, dan sebagainya. Ada sepetak sawan di Brangkulon, bisakah kau bertani?
Bautpager : (merenung beberapa saat)
Sambeltery : Bagaimana?
Bautpager : Oke? Lamaranku, kau terima kan?
Sambeltery : (mengangguk)


Teks 6
Akhir-akhir ini Kamper merasa resah dan gelisah, gegara anak perempuan semata wayangnya, usai kuliah, belum mendapat pekerjaan. Padahal anaknya sudah mencoba melamar pekerjaan di beberapa perusahaan yang bisa dihitung dengan jari.
Gempolegi, temannya menyarankan agar anak perempuan Kamper mencoba mengajukan lamaran di perusahaan yang lagi naik daun di kota ini. Ia bermaksud memberi semangat. Lamaran pun dibuat dan diserahkan kepada sekuriti.
Esok lusa pun ada kabar bahwa anak perempuan Kamper dipanggil. Seluruh anggota keluarga menangis terharu. Mereka menganggap bahwa anak perempuannya diterima.
Usai dipanggil dan menerima pengarahan dari pihak Human Resource Development (HRD), masih ada beberapa tahap seleksi. Jika tidak ada panggilan, berarti tidak diterima.
Hari berganti hari, pekan berganti pekan, tidak ada panggilan buat anak perempuan Kamper. Seluruh keluarga merasa kecewa. Gempolegi dituduh hanya memberi PHP (Pemberi Harapan Palsu).
Gempolegi minta nasihat kepada Guru Galib.
Gempolegi : (menguraikan seperti narasi tersebut di atas)
Guru Galib : Kau tidak usah merasa bersalah. Kau kan hanya memberi saran, semoga saja dalam melakukan seleksi calon pekerja, perusahaan benar-benar melakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Berselang empat hari, Kamper bertandang ke rumah Guru Galib. Ia pun bercerita tentang “kisah sedih” yang dialami anak perempuan semata wayangnya.
Guru Galib : Yang aku dengar dan ketahui dari seseorang yang bisa aku percaya bahwa saat seleksi ada 47 calon pekerja. Semua berkualifikasi. Tentu saja perusahaan tinggal memilih di antaranya yang paling memenuhi syarat. Perusahaan hanya mengambil 7 orang.
Dalam hal ini Gempolegi sudah seharusnya tanggap atas apa yang disampaikan oleh Guru Galib. Anak perempuan Kamper tidak masuk dalam kualifikasi bersama 40 orang lainnya.
Gempolegi memberi saran agar jangan patah arang, agar melamar di sejumlah perusahaan lainnya. Awalnya keluarga Kamper menolak karena menganggap bahwa Gempolegi penuh dengan kebohongan.
Namun, diam-diam anak perempuan Kamper bersemangat kembali dan mengajukan beberapa berkas lamaran pekerjaan. Salah satu di antaranya, ia diterima sebagai Pembimbing Sosial Masyarakat di Panti Jompo dengan gaji yang lumayan besar, karena melebihi upah minimum regional.


Teks 7
Gardugapuk berbinar saat mendengar kemenakannya diterima di perusahaan konveksi yang terkenal di kota. Perusahaan ini berkategori perusahaan kelas eksportir. Berita ini langsung ia sampaikan kepada Ulerkambang.
Gardugapuk : Tentu saja kemenakanku diterima, karena ia cantik, cerdas, dan berpenampilan menarik.
Ulerkambang : (langsung kecewa atas pernyataan Gardugapuk. Pasalnya ia tahu bahwa sebelum seleksi, ada persyaratan yang harus dipenuhi. Apalagi waktunya yang begitu mepet.)
Percakapanpun macet. Ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Biarlah ia merasa tersinggung, namun ia tidak ingin menyinggung perasaan Gardugapuk.
Di kesempatan lain, dalam percakapan yang berbeda, Ulerkambang sempat menyampaikan ungkapan Gardugapuk yang sangat menyinggung perasaannya, sebagaimana percakapan yang terjadi antara ia dan Gardugapuk.
Ulerkambang : Gardugapuk tidak menyadari bahwa waktunya sudah mepet. Lewat Gardugapuk, agar kemenakannya segera memenuhi berkas paling lambat hari Senin. Itupun perlu aku jelas-jelaskan agar benar-benar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Mereka tidak paham betul. Saya tidak ingin menunjukkan bahwa akulah orang yang berjasa. Bukan karena kecantikannya, dan lain-lain, dan sebagainya. Coba kalau terlambat, ia tidak mungkin mengalami nasib diterima jadi calon pegawai di perusahaan itu.
Guru Galib : Begitulah. Artinya orang seperti Gardugapuk memang ada. Aku paham maksudmu, Ulerkambang. Adakalanya bahkan sering terjadi bahwa orang hanya memperhatikan hasil akhir saja. Padahal proses secara kronologis sebenarnya harus menjadi pertimbangan. Tidak ada salahnya untuk mengucapkan terima kasih. Bukan malah menunjukkan prestasi dan sangat mengabaikan proses.
Ulerkambang : Terima kasih atas motivasimu, untuk segera aku lupakan masalah itu.


Teks 8
Sewaktu berkunjung di kawasan industri, tidak sengaja Guru Galib bertemu dengan kawan lamanya, yang ternyata “sukses” dan menjadi bagian dari perusahaan di sana. Ia tertarik untuk memasukkan anak tetangganya di perusahaan teman lamanya.
Namun, belakangan Guru Galib menerima informasi dari tetangganya yang lain bahwa teman lamanya punya pola pikir yang tidak lumrah. Ia selalu menunda-nunda upah kerja bagi para pekerja bawahannya. Ia banyak berhutang. Tetangganya menjelaskan secara gamblang.
Sejak saat itu Guru Galib mengurungkan niatnya untuk mendorong anak tetangganya mengajukan lamaran pekerjaan kepada teman lamanya. Kalau jadi, itu sama halnya menambah banyak hutang teman lamanya. Alhasil anak tetangganya yang kelak jadi pekerjanya tidak bakal menerima upah kerja sebagaimana mestinya.
Guru Galib kini banyak merenung dan semakin berhati-hati. Kewaspadaan ini bakal disampaikan manakala ada kesempatan terlibat dalam perbincangan dan sangat relevan dengan hal ini.


Agar Kita Tidak Menyinggung Perasaan Orang Lain

Pembaca sekalian yang budiman. Banyak kisah yang datang kepada kita sekalian. Intinya dari sudut pandang mana kita memandang. Kita tidak tahu orang-orang yang melibatkan diri dalam percakapan menggunakan sudut pandang. Boleh jadi mereka tidak menyadari bahwa mereka sangat menyinggung dan menyakiti hati lawan bicara. Namun, setidak-tidaknya kita menjadi tahu bahwa masih ada dan banyak yang mengambil sudut pandang yang positif yang hidupnya begitu merdeka. Tanpa beban apapun. Mereka hidup begitu aman, nyaman, dan merdeka.

Menurut Guru Galib ada enam cara menjaga perasaan orang lain agar tidak tersinggung, yaitu : 1. berpikir sebelum berbicara, 2. menempatkan diri dalam posisi sebagai orang lain, 3. tidak menggunakan standar kita bagi orang lain, 4. Mempertimbangkan tujuan kita mengatakan sesuatu kepada orang lain, 5. menghindari kata-kata negatif, dan 6. kita mesti menyadari bahwa setiap kita tidak sempurna.

QS Al-Ahzab 33:53
Dalam QS Al-Ahzab 33:53 Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ ۚ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ ۚ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا

Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tadkhulụ buyụtan-nabiyyi illā ay yu`żana lakum ilā ṭa'āmin gaira nāẓirīna ināhu wa lākin iżā du'ītum fadkhulụ fa iżā ṭa'imtum fantasyirụ wa lā musta`nisīna liḥadīṡ, inna żālikum kāna yu`żin-nabiyya fa yastaḥyī mingkum wallāhu lā yastaḥyī minal-ḥaqq, wa iżā sa`altumụhunna matā'an fas`alụhunna miw warā`i ḥijāb, żālikum aṭ-haru liqulụbikum wa qulụbihinn, wa mā kāna lakum an tu`żụ rasụlallāhi wa lā an tangkiḥū azwājahụ mim ba'dihī abadā, inna żālikum kāna 'indallāhi 'aẓīmā

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah."

Menurut tafsir dari Al Quran Kementerian Agama (Kemenag), isi kandungan dalam ayat ini adalah etika bertamu di rumah Rasulullah SAW. Namun, etika sopan santun dalam bertamu yang dijelaskan ayat ini pula dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari bagi umat muslim.

Perbedaan Ghibah dan Fitnah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya, “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.” Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?” Beliau berkata, “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.”

Menjauhi Prasangka

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب الحديث

“jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (Hadits Riwayat Bukhari nomor 5143, Muslim nomor 2563).

Hendaknya kita mencari kemungkinan-kemungkinan baik bagi saudara kita sesama Muslim, selama masih memungkinkan. Muhammad bin Manazil rahimahullah berkata:
الْمُؤْمِنُ يَطْلُبُ مَعَاذِيرَ إِخْوَانِهِ ، وَالْمُنَافِقُ يَطْلُبُ عَثَرَاتِ إِخْوَانِهِ

“Seorang mu’min itu mencari udzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya” (Hadits Riwayat Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman nomor 10437).

Nashrun min Allah wa fathun qariib.
Referensi :
  1. https://hpttourtravel.com/2021/07/26/masuklah-ke-rumah-orang-lain-dalam-keadaan-buta-dan-keluarlah-dari-rumah-orang-lain-dalam-keadaan-bisu/
  2. https://muslim.or.id/52031-adab-adab-dalam-memberikan-nasehat.html
  3. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5852801/surat-al-ahzab-ayat-53-etika-bertamu-di-rumah-tetangga

Pangkur-Ngawi, 17 Juni 2024 M / 10 Dzulhijjah 1445 H Pukul 11.21 WIB
*) Penulis adalah Budayawan/Penasihat GPMB Ngawi bertempat tinggal di Desa Pangkur, Kecamatan Pangkur, Ngawi dan Pengurus PCM Pangkur
Share:

0 comments:

Posting Komentar