Media Pustaka, Informasi dan Digitalisasi

Sejarah Singkat Muhammadiyah

Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, ...

SEJARAH MUHAMMADIYAH DI NGAWI

Fajar pencerahan Gerakan Muhammadiyah di kabupaten ngawi dimulai pada tahun 1918 yang kemudian secara resmi menjadi perkumpulan pada tahun 1925, ....

Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi PDM Ngawi Ikuti Rakerwil di PWM Jawa Timur

Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ngawi mengikuti Rapat Kerja Wilayah (rakerwil),...

Dikdasmen PNF PDM Ngawi Adakan O2SM (Olimpiade Olahraga Sains Muhammadiyah)

O2SM (Olimpiade Olahraga Sains Muhammadiyah) tingkat Kabupaten pada tanggal 26 - 28 Februari 2024....

Pengukuhan PDPM Kabupaten Ngawi Periode 2023-2027

Proses pengukuhan ini dihadiri oleh Wakil Bupati Ngawi Dr. Dwi Rianto Jatmiko, MH, M.Si, unsur Forum Pimpinan Daerah, PWPM Jawa Timur,....

Tampilkan postingan dengan label Khutbah Jum'at. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah Jum'at. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Oktober 2024

Khutbah Jum'at: Bumi, Manusia, dan Kebesaran Tuhan


Oleh: Sidik Saiful Anwar


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا


Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan kita kepada Allah SwT dengan senantiasa beribadah kepada-Nya. Dan juga selalu meningkatkan intensitas amal salih kita setiap harinya. Dalam situasi apapun kita tetap bersyukur kepada Allah SwT. Dan marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita secara berkualitas dalam menjalankan perintah dan  menjauhi larangan-Nya.

Salah satu perkara penting yang yang dibahas dalam Al-Qur’an adalah tentang alam semesta termasuk di dalamya adalah bumi tempat kita tinggal. Alam Semesta sering disebut dalam berbagai ayat Al-Qur’an sebagai bukti kebesaran-Nya. Sehingga kita sebagai umat Islam harus mengimani kebesaran Allah SwT sebagai pencipta alam semesta ini, dengan segala kesempurnaa-Nya yang dibarengi tanda-tanda kekuasaan-Nya. Ketika datang siang maka tidak lupa pula menyusul malam, ketika datang kemarau tidak lupa pula datang hujan. Maka terdapat banyak sekali tanda-tanda dari penciptaan alam semesta oleh Allah SwT. Diantara tanda-Nya yaitu,

Pertama, alam semesta sebagai wujud yang benar dan nyata. Hal ini harus dipahami dengan hati yang mantap. Dalam Al-Qur’an dijelaskan alam semesta sebagai sesuatu yang haq, sebagai sesuatu yang benar serta nyata dan tidaklah Allah SwT menciptakan alam ini sebagai sesuatu yang main-main atau palsu (bathil). Jika kita sebagai umat manusia menganggap alam semesta ini sebagai hal yang diciptakan secara main-main maka akan memberikan pandangan bahwa pengalaman kehidupan di dunia ini juga bersifat palsu dan bukan nyata, sehingga tidak ada pikiran tentang tanggung jawab kepada Allah SwT atas kehidupan di dunia ini.

Kedua, alam semesta sarana mencari ibrah dan hikmah. Jagat raya yang diciptakan Allah SwT sebagai ayat-ayat yang menjadi sumber pelajaran bagi manusia. Sebagaimana tanda-tandanya yaitu keserasian, keharmonisan, dan ketertiban alam semesta. Dengan ini memberikan  makna bahwa alam semesta diciptakan dengan benar (haq) tidak dengan palsu (bathil) atau kebetulan belaka. Sebagai sesuatu yang baik lagi serasi alam raya juga harus diyakini diciptakannya penuh maksud dan tujuan yang menunjukkan kebesaran sang Maha Pencipta Allah SwT. Dilukiskan dalam kitab suci Al-Qur’an yang menyadari alam raya sebagai ayat-ayat Tuhan sebagai berikut

اِنَّ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الۡاَلۡبَابِ  الَّذِيۡنَ يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوۡدًا وَّعَلٰى جُنُوۡبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُوۡنَ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ​ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ‏ ‏

“sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi (alam semesta) pastilah terdapat ayat-ayat bagi mereka yang berakal budi. Yaitu mereka yang selalu ingat kepada Allah SWT, baik pada saat berdiri, saat duduk, mau pun saat berbaring, dan memikirkan kejadian seluruh langit dan bumi, (seraya berkata), “ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini semua secara batil. Mahasuci Engkau. Maka lindungilah kami dari azab neraka”. (Q.S, Ali Imran/3 :190-191).

Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Yang ketiga, yaitu alam semesta ditundukkan bagi manusia. Allah SwT menciptakan manusia sebagai puncak ciptaan-Nya sehingga seluruh alam berada dalam martabat yang lebih rendah dari pada manusia. Dengan begitu manusia berhak memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan kerusakan, serta menjadikan alam raya ini sebagai obyek kajian terbuka bagi manusia. 

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ  

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (Qs ar-Rum ayat 41).

Atas dasar inilah malaikat agak keberatan tentang penunjukkan manusi sebagai khalifah di bumi.

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ  

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Qs al-Baqarah ayat 30).

Merusakknya (alam) jelas tidak dibolehkan. Namun terlalu mengagungkannya juga tidak dibenarkan makakala itu justru melahirkan kesyirikan.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مِّنْهُ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ 

“Dan Dia (Allah) merendahkan bagi kamu semua apa yang ada diseluruh langit dan apa yang ada di bumi, seluruhnya dari Dia. Sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda bagi mereka yang berpikir” (Q.S, al-Jatsiyah/45 : 13)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah Kedua


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اَللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا اِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا عَيْبًا اِلَّا سَتَرْتَهُ وَلَا هَمًّا اِلَّا فَرَجْتَهُ وَلَا ضَرًّا اِلَّا كَشَفْتَهُ وَلَا دَيْنًا اِلَّا أَدَيْتَهُ وَلَا حَجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ اِلَّا قَضَيْتَهَا وَلَا مَرِيْضًا اِلَّا شَفَيْتَهُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وِالْإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Sidik Saiful Anwar, Kader Muhammadiyah Lampung

Artikel ini telah tayang di suaramuhammadiyah.id dengan judul: Khutbah Jum'at: Bumi, Manusia, dan Kebesaran Tuhan, https://www.suaramuhammadiyah.id/read/khutbah-jum-at-bumi-manusia-dan-kebesaran-tuhan
Share:

Sabtu, 05 Oktober 2024

Khutbah Jum'at: Tiga Besaran Nikmat Allah


Khutbah Jum'at: Tiga Besaran Nikmat Allah
Oleh: Ismet Pahlevi
Guru Agama dan Mubhalig Muhammadiyah Kepulauan Anambas

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَعْطَىنَا بِالصَّبْرِ وَالشُّكْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الصَّبُوْرُ الشَّكُوْرُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَخْرَجَنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Alhamdulillah, kita bersyukur ke khadirat AllahSWT. yang dengan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah kita pada siang ini kembali menunaikan fardhu Jum’at, sebagai salah satu wujud nyata dari taqwa kita kepada Allah SWT.

Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sudah tidak dapat kita pungkiri, bahwa dalam kehidupan ini, kita selalu menerima ni’mat Allah yang melimpah ruah. Karena saking banyaknya, tidak ada satu mesin atau teknologi secanggih apapun yang mampu mencatat berapa banyak ni’mat Allah tersebut.

Sehingga jika seandainya ranting-ranting kayu yang ada di permukaan bumi ini di jadikan pena, dan seluruh lauatan yang luas dan dalam ini, dijadikan tinta, untuk menuliskan ni’matni’mat Allah, niscaya ranting-rangting kayu itu akan hancur atau musnah dan lautan itu akan kering, namun ni’mat-ni’mat Allah masih banyak yang belum tertuliskan.

Dalam hubungan ini, maka wajarlah kiranya, jika Allah SWT. Menantang kita dan mempersilakan kepada kita, kalau memang kita mau dan mampu melakukan penghitungan terhadap ni’mat-ni’mat Allah tersebut. Namun pasti, kata Allah, sekali lagi pasti, kita tidak akan mampu untuk menghitungnya.

Firman Allah dalam Al-Qur’an :
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ

“Dan jika sekiranya kamu ingin menghitung- hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu untuk menghitungnya” (QS. Ibrahim ayat 34).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah.

Walaupun ada sebuah hadits Rasulullah SAW. yang menyatakan :
“Sesungguhnya Allah memiliki seratus ni’mat (rahmat). Satu ni’mat diantaranya telah diturunkan Allah dan dibagi-bagikan Nya kepada jin, manusia dan binatang. Dengan ni’mat yang satu tersebut, maka semua makhluk akan saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan ni’mat yang satu itu pulalah, seekor keledailiar mengasihi anaknya. Adapun ni’mat (rahmat) yang lainnya (99) itu, digunakan Allah untuk mengasihi hamba-Nya di akhirat (pada hari kiamat) kelak”.

Memang, kalau dilihat dari segiprosentasi, kelihatannya sangat sedikit.Dari 100 ni’mat yang dimiliki Allah, hanya 1 ni’mat yang diperuntukkan-Nya bagi makhluk di dunia ini. Sementara yang 99 ni’mat lainnya, Allah persiapkan untuk makhluk-Nya yang hidup di akhirat kelak.

Sepertinya ini tidak sebanding. Memang kalau dilihat dari segi pembagiannya jelas tidak seimbang. Namun, kalau kita lihat dan rasakan dari segi nilainya, tentu tidak dapat kita bayangkan betapa besarnya. Walaupun ni’mat yang diturunkan Allah ke dunia ini hanya 1% saja, akan tetapi bagi ukuran kita, atau bagi ukuran duniawi, sudah merupakan ni’mat yang sangat banyak, karena dari satu sumber ni’mat inilah terpancar ni’matni’mat lainnya yang beraneka ragam jenis dan macamnya dan sangat banyak jumlahnya, sehingga wajar jika tak seorangpun diantara kita yang mampu untuk menghitungnya.

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia
Kendatipun ni’mat Allah itu sangat banyak. Namun para ulama sepakat untuk mengelompokkan ni’mat Allah ini ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok besar yang pertama adalah ni’mat hidup dan kehidupan. Ni’mat ini diberikan oleh Allah SWT.

Kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa terkecuali. Tidak saja kepada manusia, tetapi binatang dan tumbuh-tumbuhan pun juga diberikan nikmat ini. Bahkan kepada malaikat dan jin, termasuksi durjana iblis dan syetan, semuanya diberikan ni’mat hidup dan kehidupan olehAllah SWT.

Muslimin rahimakumullah
Tahukah kita, bahwa yang menyebabkankita bisa hidup di permukaan bumi ini, dikarenakan bumi ini berputar. Dalamsatu kali putaran memakan waktu 24 jam atau satu hari. Bagi belahan bumi yang menghadap matahari, maka di sana terjadi siang. Sebaliknya, bagi belahan bumi yang membelakangi matahari, maka di sana terjadi malam.

Demikian seterusnya silih berganti, hingga hari kiamat nanti. Dengan berputarnya bumi, maka terjadilah siang dan malam. Di sinilah sebenarnya rahasia kehidupan kita. Dengan perputaran bumi inilah, kita bisa hidup dipermukaan bumi ini. Coba kalau kita bayangkan, bagaimana dan apa yang terjadi jika sekiranya bumi kita ini tidak berputar?

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia
Seandainya bumi ini tidak berputar, berarti ada belahan bumi yang mengalami siang terus-terusan dan ada belahan bumi yang mengalami malam terus-terusan.

Bagi belahan bumi yang mengalami siang terus-terusan, maka menurut prakiraan para ahli, bahwa dalam jangka waktu 100 jam saja, maka suhu udara yang ada di permukaan bumi tersebut akan mencapai 100 derajat celsius.

Ini berarti seluruh zat cair, baik itu air laut, air sungai, air danau air kali, air sumur dan sebagainya, semuanya akan mendidih, Bahkan persediaanair yang ada dalam tubuh kita, termasuk darah kita, karena darah juga merupakan zat cair, juga ikut mendidih. Kalau sudah demikian keadaannya, maka sudah dapat dipastikan, tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi ini, bahkan lama kelamaan bumi ini hangus dan hancur lebur jadi debu.

Sebaliknya, bagi belahan bumi yang mengalami malam terus terusan, maka menurut prakiraan para ahli, bahwa dalam jangka waktu 100 jam saja, maka suhu udara yang ada di permukaan bumi tersebut menjadi 0 derajat celcius. Ini berarti seluruh benda cair akan menjadi beku. Maka kalau sudah demikian keadaannya, maka sudah dapat dipastikan, tidak akan ada kehidupan dipermukaan bumi ini.

Begitulah, dengan Rahman dan Rahim-Nya, Allah SWT. telah menjadikan bumi ini berputar, sehingga terjadilah siang dan malam secara silih berganti, yang karenanya maka suhu udara yang ada di permukaan bumi akan selalu stabil atau konstan, tidak terlalu panas, tidak pula terlalu dingin.

Cukup banyak ayat Al-Qur’an memberikan pernyataan, betapa ke Mahabesaran Allah SWT. yang dengan kuasa- Nya telah menciptakan langit dan bumi serta mengatur silih bergantinya siang dan malam. Allah berfirman

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Qs. Ali Imran : 190).

Besaran ni’mat yang ke dua adalah ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan. Dengan ni’mat kebebasan berpikiratau kemerdekaan ini, manusia dipersilakan oleh Allah untuk memilih apa saja yang ia mau. Ketika ia sedang haus, di sebelahnya tersedia air teh manis, air susu, air kopi, air es dan sebagainya, tentu ia bebas memilih yang mana yang ia suka.

Demikian juga dalam kehidupan beragama, Allah dengan jelas dan tegas telah memberikan petunjuk-Nya kepada kita manusia, melalui Al-Qur’an dan Sunnah. baik mengenai perintah atau kewajiban yang harus dijalankan maupunberbagai larangan yang harus dihindarkan.

Namun Allah sama sekali tidak memaksa kita, mau dilaksanakan kewajiban itu, atau tidak. Mau dilanggar atau dipatuhi larangan itu, Allah tidak perduli. Yang jelas, Allah sudah memberikan garisan- garisan-Nya yang tegas dan jelas, yang kesemuanya tentu ada risiko atau konsekuensinya.

Demikianlah, memang kebebasan memilih selalu diiringi dengan penghargaan atau hukuman. Bagi yang rajin menjalankan perintah-Nya dan selalu menjauhi larangan-Nya, maka ia akan diberikan penghargaan oleh Allah berupa pahala sorga. Sebaliknya, bagi yang malas mejalankan perintah-Nya dan tidak mengindahkan larangan-Nya, maka ia akan diberikan hukuman berupa siksa neraka.

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia
Besaran ni’mat yang ketiga, atau ni’mat yang terakhir adalah ni’mat hidayah atau ni’mat Iman dan Islam. Berkaitan dengan ni’’mat ini Allah berfirman .

۞ سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus (QS. Al- Baqarah: 142).

Hidayah adalah mutlak milik Allah. Wewenang sepenuhnya ada di tangan- Nya. Rasulullah sendiri tidak diberikan hak oleh Allah SWT. untuk memberikan hidayah kepada orang lain, sekalipun kepada keluarga, sahabat atau orang yang beliau cintai.

Sebagai contoh, seperti Abu Thalib, paman Nabi. Beliau adalah orang yang sangat mencintai Rasulullah. Beliau adalah orang yang sangat berjasa terhadap keberadaan Islam dan kaum Muslimin di masa Rasulullah.

Beliau adalah orang yang setiap saat menyaksikan betapa kemuliaan, kejujuran dan keindahan budi pekerti Rasulullah. Beliau adalah orang yang senantiasa menyaksikan betapa kebesaran mu’jizat Rasulullah. Namun apa hendak dikata, ternyata di akhir hayat beliau, paman Nabi yang bernama Abu Thalib ini, tidak sempat mengucapkan dua kalimat syahadat.

Kenapa? karena tidak mendapat hidayah Allah SWT. Padahal sebelumnya Rasulullah SAW. sudah berusaha sebisa-bisanya membujuk dan membimbing beliau, namun malah justeru tidak dihiraukan oleh beliau.

Melihat keadaan pamannya yang sedemikian ini, tak dapat dielakkan lagi, berlinanglah air mata beliau, Rasulullah benar-benar sedih hatinya, sehingga terucaplah permohonan sekaligus pengaduan beliau untuk meminta pertimbangan Allah terhadap keadaan pamannya ini. Namun justeru pengaduan Rasulullah tersebut mendapat teguran keras dari Allah SWT.

Karena itu Rasulullah menyadari akan kelemahan dirinya di hadapan Allah SWT. Beliau tidak bisa berbuat banyak tanpa izin Allah, tanpa kehendak Allah. Dan Allah Maha Tahu serta Maha Bijaksana terhadap apa yang menjadi keputusan-Nya kendati menurut kacamata manusia mungkin dirasa kurang adil.

Beruntunglah kita saat ini, karena telah ditakdirkan Allah menjadi orangorang yang dianugerahi ni’mat Hidayah atau ni’mat Iman dan Islam, sebab tidak semua orang dapat memperolehnya. Lagi pula, Rasulullah dalam sebuah hadits beliau pernah bersabda, kata beliau : “Sangat berbahagia sekali, orang yang pernah bertemu dengan aku, kemudian ia beriman”. Akan tetapi justeru Nabi mengulanginya sampai tiga kali, kata beliau : “Lebih berbahagia lagi, lebih berbahagia lagi, lebih berbahagia lagi, orang yang tak pernah bertemu dengan aku, namun ia beriman, ia percaya”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Khutbah Kedua


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
Share:

Kamis, 13 Juni 2024

Khutbah Jumat: Keutamaan Puasa Arafah

الخطبة الأولى لعيد الأضحى

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ.
قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
وَقَالَ أَيْضاً : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا اللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسِانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ :

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu amal ibadah yang sangat dianjurkan untuk kita laksanakan adalah puasa Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Zulhijah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi kita yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci.

Keutamaan puasa Arafah ditegaskan dalam beberapa hadis Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis berikut ini:
عَنْ أَبِى قَتَادَةَ الأَنْصَارِىِّ رَضِىَ الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ … صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ …[رواه الجماعة إلا البخارى والترمذى]

“Dari Abu Qatadah (diriwayatkan) bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: (Puasa hari Arafah itu) menghapus dosa-dosa satu tahun lalu dan satu tahun yang akan datang…” [HR jemaah ahli hadis kecuali al-Bukhari dan at-Tirmidzi].

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Sebagaimana telah disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Namun, jamaah sekalian, perlu kita pahami bersama bahwa yang dimaksud dengan penghapusan dosa dalam konteks ini adalah dosa-dosa kecil. Dosa-dosa besar seperti syirik, zina, meninggalkan salat, dan sebagainya, memerlukan pertaubatan yang sungguh-sungguh.

Pertobatan dari dosa-dosa besar ini harus melalui prosesi khusus yang melibatkan penyesalan mendalam, komitmen untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut, permohonan ampun kepada Allah, serta mengganti keburukan dengan amal saleh.

Dalam QS. At-Tahrim ayat 8 Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu.” (QS. At-Tahrim: 8).

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Puasa Arafah menawarkan kesempatan bagi kita untuk membersihkan diri dari dosa-dosa kecil yang mungkin telah kita lakukan selama setahun penuh. Ini adalah momen untuk merefleksikan diri, merenungkan kesalahan, dan memperbaiki diri. Dengan menjalankan puasa ini, seorang Muslim diharapkan dapat mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi, mendekatkan diri kepada Allah, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dengan lebih baik.

Pengampunan ini merupakan bagian dari kasih sayang Allah terhadap umat-Nya. Dalam QS. Ali Imran ayat 31, Allah berfirman:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).

Pada ayat lain, Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا

“Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).” (QS. Maryam: 96).

Kasih sayang Allah yang begitu besar memberikan kita berbagai kesempatan untuk selalu kembali kepada-Nya, memohon ampunan, dan memperbaiki diri. Marilah kita manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, berpuasa dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati, serta memohon ampunan kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua, agar kita selalu berada di jalan yang diridhai-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ




الخطبة الثانية لعيد الأضحى
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Marilah kita bersama-sama mengamalkan puasa Arafah dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu dan yang akan datang, serta memberikan kekuatan kepada kita untuk terus meningkatkan amal ibadah kita.

Marilah kita juga berdoa untuk saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji, semoga mereka diberikan kemudahan dan keberkahan dalam menjalankan ibadah tersebut, serta kembali ke tanah air dengan membawa haji yang mabrur.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Sumber: https://muhammadiyah.or.id/2024/06/khutbah-jumat-keutamaan-puasa-arafah/
Share:

Kamis, 30 Mei 2024

Dawam di Bayyati Saja! - Esai Kusfandiari MM Abu Nidhat


“Belajar di waktu muda laksana mengukir di atas batu. Belajar di waktu tua laksana melukis di atas air.” Bagi yang masih muda belia, masih ada kesempatan untuk belajar yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya tentang apa saja sesuai dengan kompetensi dan bakat masing-masing. Bagi yang sudah tua, tidak usah tersinggung karena terlanjut “menyia-nyiakan waktu”, tahu-tahu sudah tua. Optimis saja untuk mengisi hari-hari dengan berpegang pada ungkapan “Jangan Pernah Berhenti Belajar!”.

Salah satu upaya belajar di antaranya ialah “Tidak ada kata terlambat untuk belajar membaca Al-Qur’an”. Bagi yang muda belia, masih ada kesempatan untuk membaca Al-Qur’an dengan indah dan berusaha memahami maknanya. Bagi yang sudah tua, tetap berusaha membaca Al-Qur’an dan berusaha memahami maknanya. Kesempatan tetap ada.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala. ”(Hadits Muttafaq ‘Alaih).

Ingatlah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mulai menghafal Al-Qur’an di usia 41 tahun! Artinya mulai berlaku menghafal Al-Qur’an satu tahun kemudian sejak beliau dinobatkan sebagai Rasul Allah. Kita ingat pula bahwa rata-rata usia para sahabat beliau mulai belajar Al-Qur’an adalah 30 tahun. Di antara mereka bahkan ada yang mantan pemaksiat, mereka juga adalah kaum buta huruf. Dengan maghfirah-Nya, Allah telah menutup dosa-dosa mereka.

Di hadapan Allah, nilai membaca Al-Qur’an, menghafal, dan memahaminya adalah sama. Membaca adalah kunci pembuka menuju pemahaman. Memahami akan meyakinkan kita tentang keharusan menghafal Al-Qur’an. Kuncinya ada pada niat. Selain niat kuat untuk senantiasa membaca Al-Qur’an dalam setiap kesempatan. Kita mesti ingat dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Seseorang yang tak ada sedikitpun Al Qur’an dalam hatinya seperti rumah yang rusak”. Oleh sebab itu pula, kita mesti memperhatikan bahwa membaca Al-Quran dengan irama yang merdu bukan hanya dibolehkan dalam islam, bahkan dianjurkan.

Seni membaca Alquran (An-Nagham fil Qur’an) adalah seni mengindahkan suara tilawah membaca Al-Qur’an. Dengan kata lain, Ilmu An-Nagham fil Qur'an adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana membaca Al-Qur’an dengan suara dan irama yang indah, dengan tetap memperhatikan ilmu tajwid. Sebagai firman Allah, pesan-pesan di dalam Al-Qur’an diturunkan secara kontekstual. Sebagai petunjuk, Al-Qur’an merupakan sumber hukum dan ajaran luhur, yang uniknya bahwa ayat-ayata di dalamnya yang kita baca huruf-hurufnya secara lisan akan mendatangkan pahala. Oleh sebab itu kita diperintahkan untuk membacanya secara lisan dengan mengindahkan bacaan.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,”Hiasilah Al-Quran dengan suaramu (yang merdu), karena sesungguhnya suara yang indah (merdu) itu dapat menambah Al-Quran semakin indah.” (Hadits Riwayat Abu Dawud 1648, An-Nasa’i 1015, Al-Darimi 3501, dan Al Hakim).

Dalam buku “Matan Al-Jazariyah”, Imam Ibnu Al-Jazari, salah satu pakar dalam ilmu bacaan Al-Quran, menjelaskan bahwa membaca Al-Quran sesuai dengan kaidah tajwid adalah sebuah keharusan, karena Allah menurunkan Al-Quran dengan tajwid, dan Al-Quran sampai kepada kita dengan tajwid.

Qira’ah merupakan salah satu keterampilan dalam membaca Al-Qur’an dengan alunan suara merdu. Menurut para ahli qurra di Indonesia, irama bacaan al-Quran terbagi menjadi tujuh macam dasar tilawah gaya mujawwad, yakni: Bayyati (Husaini), Hijazi (Hijazi), Jiharkah, Nahawand (Iraqi), Rast (Rasta al-Annawa), Shaba (Maya), dan Sikah.

Para pakar al-Quran memahami bahwa tartil adalah membaca al-Qur'an dengan bacaan yang benar berdasarkan kepada kaidah ilmu tajwid. Sedangkan tilawah pada dasarnya adalah perintah Allah seperti ditegaskan dalam QS Al-Ankabut: 45 : utlu ma uhiya ilaka ('bacalah apa yang wahyukan oleh Tuhanmu kepadamu'.).

Tilawah mujawwad adalah teknik membaca Al-Qur’an yang dilantunkan dalam perlombaan ataupun acara-acara tertentu. Teknik ini menggunakan irama tertentu dan membutuhkan teknik pernafasan tingkat tinggi. Tilawah mujawwad dilantunkan dengan ritme yang lebih lambat daripada murattal.

Irama Bayyati ditandai dengan suara lembut meliuk-liuk, memiliki gerak lambat dengan pergeseran nada yang tajam waktu turun naik dan sering terjadi secara beruntun. Irama bayyati memiliki empat tingkatan nada. Biasanya irama ini digunakan sebagai lagu pembuka dan penutup. Contoh Irama Bayyaati bisa disimak pada video dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=5kaiLhC958I (Belajar Pemula! Al-Fatihah Irama Bayyati Merdu Bisa Diikuti In sya’a Allah) Irama Bayyati identik dengan lantunan yang lambat, dengan ragam tingkatan nada : Bayyati Asli Qarar, Bayyati Asli Nawa, Bayyati Husaini Nawa, Bayyati Asli Jawab, Bayyati Asli Jawabul Jawab, dan Bayyati Syuri Jawabul Jawab.

Irama Hijaz adalah irama gerak lambat dan penuh khidmat. Hijaz berkarakter khas ketimuran, terkesan indah, dan asli mendasar. Biasanya, hijaz digunakan setelah nahawand. Karena itu, maqom hijaz diawali dengan akhir nada jawab nahawand sebelumnya. Jika tidak maka akan timbul nada sumbang. Hijaz memiliki empat tingkatan nada yaitu: Hijaz ashli, Hijaz kard, Hijaz kurd, dan Hijaz kard-kurd.

Irama Jiharka adalah irama berkarakteritik raml atau minor, terkesan mendayu-dayu sangat manis didengar, dan menimbulkan perasaan yang dalam. Irama ini berasal dari wilayah Afrika, kemudian dimodifikasi oleh para pakar lagu Arab dan Mesir, yang akhirnya tergabung dalam lagu-lagu Mesir. Irama ini sering dilantunkan saat takbiran hari raya, baik `Idul Fitri maupun `Idul Adha. Awal lagu jiharkah biasanya sama dengan awal lagu sikah, kemudian dilanjutkan dengan suara minor yang relatif lurus dan diikuti oleh nada yang sedikit lebih tinggi. Gerakan-gerakan yang sama sebelumnya tetap dijaga dan kemudian diakhiri dengan gerakan nada yang lurus secara wajar. Jiharka memiliki dua macam tingkatan nada yaitu Jiharka Awal Maqam dan Jiharka Maqam Jawab. Irama Jiharkah dikenal sebagai irama yang mendayu-dayu dan menimbulkan perasaan yang cukup mendalam. irama ini berasal dari wilayah Afrika dan kemudian dimodifikasi oleh para pakar lagu Arab dan Mesir, yang akhirnya tergabung dalam lagu-lagu Mesir.

Contoh Irama Jiharkah bisa disimak pada video dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=VimM-jnLKBg (IRAMA JIHARKAH - SURAT AL MULK | Bilal Attaki) Irama Rast adalah irama dengan gerak ringan, cepat, dan lincah. Irama ini terdiri atas empat tingkatan nada, yaitu rast awal maqom, rast syabir, rast alan nawa dan rast zanjiran. Contoh Irama Rast bisa disimak pada video dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=ZvdHeN9U34A (Rast Banjakah: Variasi Irama Hijaz ; Ustadz Salim Ghazali - Surah Al-Israa’ ayat 58-64).

Irama Sika adalah jenis irama dengan karakteristik gerakan lambat, khidmat, ketimuran, merakyat, dan mudah dikenali. Terdapat beberapa jenis sika yaitu, Sika ashli atau awal maqam, Sika Raml, Sika Turky, dan Sika Iraqy.

Irama Nahawand merupakan irama dengan gerak ringan namun berkesan, sederhana memikat jiwa, dan sesuai dengan tabaqat yang sederhana. Karena itu, ia lebih cocok dan sesuai digunakan untuk ayat-ayat doa dan kesedihan. Contoh Irama Nahawand bisa disimak pada video dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=06OgX80ZEfA (TUTORIAL IRAMA NAHAWAND UNTUK PEMULA | Bilal Attaki QS As-Syam, QS Al-Kautsar, QS Al-Maa’uun).

Irama Nahawand Untuk melantunkan ayat-ayat Al Qur'an yang bernuansa kesedihan, nahawand adalah jenis irama lagu yang tepat untuk digunakan. Nahawand biasanya diawali dengan nada yang terletak antara nawa dan jawab. Nahawand memiliki beberapa tingkatan nada untuk maqomnya yaitu: Nahawand usaq, Nahawand awal maqom, Nahawand nakriz, Nahawand murakkab, dan Nahawand jawab.

Irama Rast adalah irama gerak ringan, cepat, dan lincah. Biasanya digunakan untuk mengumandangkan adzan dan mengimami shalat. Rast memiliki empat tingkatan nada yaitu: Rast awal maqom, Rast syabir, Rast alan nawa, dan, Rast zanjiran. Contoh Irama Rast bisa disimak pada video dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=C4pk5D7Apc8 (SURAH ALKAHFI FULL IRAMA RAST USTADZ MOH ULIN NUHA MSI).

Irama Shaba. (Bahasa Arab : Rindu) irama yang menggambarkan kerinduan mendalam, berkarakter lembut, halus serta terdengar sedih. Irama Shaba mempunyai sifat : 1. gerak ringan dan cepat, 2. Lemah lembut dan mendayu-dayu, 3. Sesuai dengan tingkatan suara sederhana,4. Menenangkan jiwa. Kegunaannya : 1. Menenangkan jiwa, 2. Membawa rasa khusyu’ dan keinsafan, 3. Memberi penyesuaian pada ayat yang menunjukkan kegembiraan, sedih, dan merayu. 4. Membawa kepada kelembutan dan kefasihan ucapan. Adapun maqam irama shaba terbagi dalam 4 tingkatan, yaitu : 1, Shaba Asli (Shaba Awal Maqam), 2. shoba mangal ajam (Ajami, Jawab), 3. Quflah Bastanjar, dan 4. Shaba Mahur. Contoh Irama Shaba bisa disimak pada video dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=smEuH34945M (Belajar Irama Shaba Bagi Pemula | Lanjutan Maqam Bayyati | Surah Al - 'Ala Ayat 8-14 oleh Takdir Feriza Hasan).

Ketujuh irama tersebut di atas belum tentu bisa kita kuasai. Kita tetap belajar membaca dengan irama yang bisa kita kuasai. Jika hanya irama bayyati yang kita sukai dan bisa, ya dawam di bayyati saja!.

Pangkur-Ngawi, 22 Mei 2024 M / 13 Dzu l-Qa’idah 1445 H Pukul 16.04 WIB *) Penulis adalah Budayawan/Penasihat GPMB Ngawi bertempat tinggal di Desa Pangkur, Kecamatan Pangkur, Ngawi dan Pengurus PCM Pangkur
Share:

Selasa, 28 Mei 2024

Carilah dan Temukan Persamaannya! - Esai Kusfandiari MM Abu Nidhat


Berawal dari Sini

Dengan judul “Beda Muhammadiyah dengan Salafi, Bahasan Kopdar Majelis Tabligh PDM Surabaya” di tautan https://pwmu.co/357025/05/27/beda-muhammadiyah-dengan-salafi-bahasan-kopdar-majelis-tabligh-pdm-surabaya/ diberitakan bahwa Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya, di Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) Surabaya menyelenggarakan pertemuan yang dikenal dengan istilah kopi darat atau kopdar pada Sabtu 25 Mei 2024. Peserta kopdar meliputi Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan takmir masjid Muhammadiyah se-Kota Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas tema Eksistensi dan Pergerakan Salafi pada Masjid Muhammadiyah’.

Bertindak sebagai Pembicara kopdar, yaitu Ketua PDM Kabupaten Malang Dr H Muhammad Nurul Humaidi Mag. Pada awal penjelasan disampaikan dengan poin-poin :
  1. manhaj salaf yaitu orang yang mengikuti salafus shalih.
  2. gerakannya didominasi oleh corak pemikiran skripturalisme, fundamentalisme, atau radikal.
  3. karakteristik gerakan salafi bersifat Islam transnasional. Ideologi gerakannya tidak lagi bertumpu pada konsep national state, melainkan konsep umat.
  4. modus pengembangan salafi berbasis pesantren. Gerakan salafi di Indonesia umumnya bertabrakan langsung dengan konstituen Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini sudah terjadi di Nusa Tenggara Barat, di mana sejumlah konflik terbuka sudah berlangsung.
  5. cenderung ada persamaan salafi dan Muhammadiyah menyangkut aspek akidah dan ibadah, sehingga mereka merasa cocok dengan tempat-tempat ibadah Muhammadiyah.

Kupasan Sekilas

Menurut hemat saya, kelima poin tersebut perlu dibahas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Pertama, manhaj salaf yaitu orang yang mengikuti salafush-shalih. Manhaj diartikan sebagai jalan yang terang, sementara salaf bermakna orang–orang yang sudah mendahuluimu. Salaf juga bisa diartikan sebagai imam dan sahabat Rasulullah SAW. Jadi, manhaj salaf bisa diartikan sebagai jalan yang terang sesuai kaidah agama berdasarkan pemahaman para sahabat Rasulullah SAW. Salafus shalih ialah para pendahulu yang saleh. Ini adalah sebutan bagi generasi Islam yang ada pada awal Islam hingga kurang lebih abad keempat atau kelima Hijriyah, seperti para sahabat, tabi'in, dan tabi'it tabi'in dan dua atau tiga generasi setelah mereka. Dengan definisi tersebut di atas, sebenarnya warga Muhammadiyah juga menempuh jalan manhaj salaf, meski tidak secara terang-terangan atau menampakkan diri. Hal ini dibuktikan dengan kajian-kajian yang diselenggarakan oleh warga Muhammadiyah berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Warga Muhammadiyah sangat berhati-hati dalam melakukan kajian sekaligus mengaplikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, gerakannya didominasi oleh corak pemikiran skripturalisme, fundamentalisme, atau radikal. Pemikiran skripturalisme, dengan kata lain Abstrak Skripturalisme, atau lebih spesifik skripturalisme literal merupakan salah satu pandangan bahwa skrip atau teks suci merupakan sumber kebenaran absolut yang perlu dipegang oleh seluruh umat beragama. Artinya sudah seharusnya kajian-kajian yang diselenggarakan mendasarkan pada teks suci (Al-Qur’an dan Al-Hadits). Kedua teks suci ini merupakan sumber kebenaran absolut yang jadi pegangan, termasuk warga Muhammadiyah. Dengan kata lain “jangan coba-coba untuk melakukan otak-atik dan melakukan pembenaran atas asumsi yang disampaikan oleh penyaji dalam suatu kajian.”

Menurut Wikipedia, Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas (fundamental). Karenanya, kelompok-kelompok yang mengikuti paham ini sering kali berbenturan dengan kelompok-kelompok lain bahkan yang ada di lingkungan agamanya sendiri. Mereka menganggap diri sendiri lebih murni dan dengan demikian juga lebih benar daripada lawan-lawan mereka yang iman atau ajaran agamanya telah "tercemar".Kelompok fundamentalis mengajak seluruh masyarakat luas agar taat terhadap teks-teks Kitab Suci yang otentik dan tanpa kesalahan. Mereka juga mencoba meraih kekuasaan politik demi mendesakkan kejayaan kembali ke tradisi mereka. Apakah warga Muhammadiyah tidak memegang paham fundamentalisme? Tentu saja memegang teguh paham ini, hanya tidak perlu ditampakkan.

Merujuk KBBI keluaran tahun 1990, istilah radikal diartikan sebagai “secara menyeluruh,” “habis-habisan,” dan “maju dalam berpikir atau bertindak. Secara umum, radikalisme dapat dimaknai sebagai pemahaman dan atau perilaku menggunakan kekerasan dalam mensikapi perbedaan, memecahkan masalah atau mencapai tujuan.

Dalam ilmu filsafat, berpikir radikal yang bermakna upaya menggali kenyataan atau ide hingga ke akar-akarnya, jelas merupakan syarat mutlak untuk membangun diskursus rasionalisme dan kritisisme. Bahkan dalam ilmu kimia, tak kecuali, ternyata juga dikenal istilah radikal bebas.

Ciri-ciri Radikalisme, mencakup : 1. kaku dan tekstualis dalam bersikap serta memahami teks-teks suci, 2. ekstrem, fundamentalis, dan eksklusif, 3. eksklusif, 4. selalu bersemangat mengoreksi orang lain, 5. menggunakan kekerasan, 6. memiliki kesetiaan lintas negara, 7. musuh yang tidak jelas identitasnya, 8. senang memilih jalan peperangan.

Terkait dengan radikal dan radikalisme, tentu saja kita tidak boleh berprasangka buruk kepada kelompok salafi. Tidak semua anggota kelompok salafi terpapar radikal dan radikalisme. Demikian pula, sebagai warga Muhammadiyah, kita tidak menerapkan sikap dan tindakan radikal dan radikalisme.

Ketiga, karakteristik gerakan salafi bersifat Islam transnasional. Ideologi gerakannya tidak lagi bertumpu pada konsep national state, melainkan konsep umat. Gerakan Islam transnasional adalah sebuah istilah yang ditujukan kepada organisasi Islam yang bergerak lintas negara, dimana pergerakannya melewati batas-batas teritorial setiap negara. Kita tidak usah merasa alergi terhadap istilah “Islam transnasional”. Pergerakan lintas negara tentu ada pembatasan, misalnya menyangkut kemanusiaan.

Salah satu perhatian Muhammadiyah, misalnya membeli gereja, teks berita bisa dilihat pada tautan https://khazanah.republika.co.id/berita/rqupy8320/muhammadiyah-resmi-beli-gereja-di-spanyol-yang-juga-bekas-masjid-era-abbasiyah atau tautan video https://www.youtube.com/watch?v=-beNPp2CYMg

Keempat, modus pengembangan salafi berbasis pesantren. Kita mesti memahami bahwa pesantren merupakan aurat dari lembaga pendidikan. Kita tidak boleh mencampuri atau melakukan intervensi urusan rumah tangganya. Perkara ada oknum kelompok salafi yang mengembangkan dakwahnya di pesantren, itu urusan mereka. Namun, tentu saja alangkah baiknya apabila kedua pihak melakukan perjanjian atau Memorandum of Understanding (MoU) sebelum menyelenggarakan kajian, duduk bersama dalam satu majelis.

Kelima, cenderung ada persamaan salafi dan Muhammadiyah menyangkut aspek akidah dan ibadah, sehingga mereka merasa cocok dengan tempat-tempat ibadah Muhammadiyah. Hal yang menampak bahwa terkait dengan ibadah mahdhah, warga Muhammadiyah menjauhkan diri dari sikap #imajinasi, #modifikasi, dan #asumsi. Ketiga sikap ini bisa menyimpang dari pegangan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan sikap kehati-hatiannya, warga Muhammadiyah istiqamah berpedoman kepada Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah. HPT ini berisi hasil-hasil muktamar tarjih yang menyangkut berbagai persoalan mulai dari keimanan, ibadah hingga persoalan yang berkaitan dengan keumatan dan agama Islam. Salah satu identitas dan ciri warga Muhammadiyah adalah berkehidupan sesuai dengan putusan tarjih Muhammadiyah.

Hadirin Kajian Majelis Darwis yang berbahagia. Filosofi orang Jawa mengatakan,”Mangkono ya mangkono, nanging aja mangkono!” tentu diterapkan oleh warga Muhammadiyah. Filosofi ini bukan milik orang Jawa, melainkan berlaku bagi warga Muhammadiyah pada umumnya. Bersikap baik terhadap semua orang merupakan cermin kepribadian seseorang yang memanusiakan manusia, meskipun manusia tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Kita tidak boleh menghakimi seseorang. Tabayyun (konfirmasi) harus dilakukan apabila terjadi kesalahpahaman.

Berusaha Menjadi Ummatan Wasaṭa

QS Al-Baqarah 2:143

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا ٱلْقِبْلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Arab-Latin: Wa każālika ja'alnākum ummataw wasaṭal litakụnụ syuhadā`a 'alan-nāsi wa yakụnar-rasụlu 'alaikum syahīdā, wa mā ja'alnal-qiblatallatī kunta 'alaihā illā lina'lama may yattabi'ur-rasụla mim may yangqalibu 'alā 'aqibaīh, wa ing kānat lakabīratan illā 'alallażīna hadallāh, wa mā kānallāhu liyuḍī'a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara`ụfur raḥīm

Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Kata wasatha artinya tengah-tengah. Umat Islam adalah umat yang tengah-tengah, atau umat yang moderat. Al-wasath-atau tengah-tengah adalah pilihan terbaik. Al-wasath berarti tidak ekstrem ke kiri atau ke kanan. Ada istilah lain yang sepadan dengan itu yakni i’tidal (dari kata adil) yakni tegak lurus, tidak menceng ke kiri dan ke kanan. Sifat tengah-tengah ini bukan berarti tidak punya sikap atau tidak berpendirian. Posisi di tengah menunjukkan posisi proporsional, atau seimbang. Itulah sikap ummat Islam. Itulah sikap kita, dan itulah sikap warga Muhammadiyah. Bagaimana pun warga Muhammadiyah belajar bersikap moderat secara dawam atau terus-menerus.

Terkait dengan hal tersebut di atas, kita harus berpegang teguh seruan :
Carilah dan Temukan Persamaannya!

Nashrun min Allah, wa fathun qariib.

Pangkur-Ngawi, 28 Mei 2024 M / 20 Dzulqa’idah 1445 H Pukul 15.45 WIB *) Penulis adalah Budayawan/Penasihat GPMB Ngawi bertempat tinggal di Desa Pangkur, Kecamatan Pangkur, Ngawi dan Pengurus PCM Pangkur
Share:

Sabtu, 24 Februari 2024

Khutbah Jumat: Antara Janji ar-Rahman atau Seruan Setan


Khotbah Jum'at termasuk salah satu syarat dan rukun salat Jum'at, sehingga melalui media Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi ini, disediakan naskah khutbah jum'at sebagai referensi para da'i muhammadiyah di wilayah Ngawi.

Ada beragam materi yang bisa disampaikan oleh khatib selama berkhotbah, Berikut ini khutbah jum'at yang ditulis oleh Ust. Moh. Yunus, M.Ag korbid. MTT dan MPID PDM Ngawi.


Demikian Khutbah jum'at yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi umat. terima kasih...
Share:

Kamis, 01 Februari 2024

SEMANGAT MEMELIHARA UKHUWAH MENJELANG PEMILU

KHUTBAH JUM’AT
SEMANGAT MEMELIHARA UKHUWAH MENJELANG PEMILU
Disusun Oleh:
Moh. Yunus, M.Pd, Korbid. MTT dan MPID PDM Ngawi
Share:

Kamis, 25 Januari 2024

Khutbah Jum'at - Menjadi Muslim Yang berkualitas



إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah,
Sudah sepantasnya kita memanjatkan syukur kehadirat Allah SwT atas berbagai limpahan nikmat-Nya, sehingga kita masih bisa menunaikan ibadah Jum'at hari ini.

Juga shalawat beserta salam mari kita haturkan kepada uswah hasanah kita Nabi Muhammad saw. Semoga kita bisa meneladani kemulian akhlaknya.

Tak lupa, lewat mimbar Jumat ini, khatib mengajak kepada diri pribadi dan para jamaah untuk senantisa menjaga iman dan taqwa, sebab keduanya sering kali naik turun.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Wahai yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu (HR. Tirmidzi).

Lalu mengapa kita perlu menjaga iman dan taqwa? Sebab Allah SwT berfirman :

إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu

Muslim adalah sebutan bagi seorang yang menyerahkan dirinya pada jalan keselamatan, yaitu jalan tauhid dan ketundukan pada Allah SWT dan berlepas diri dari perbuatan syirik. Berislam, tentunya tidak hanya sekedar identitas, tapi perlu adanya pembuktian sebagai tolak ukurnya. Ukuran dan kriterianya tidak lain adalah rukun Islam yang lima sekaligus sebagai pondasi dasar Islam (ushul).

Kelima bangunan ini adalah bukti kongkrit keislaman seseorang, tapi, apakah lantas orang yang sudah melaksanakan seluruhnya dianggap sudah cukup? Tentu jawabannya tidak. Fase pertama dilalui sebagai bukti identitas keislaman seseorang, dimana dapat disebut sebagai fase kuantiti. Berikutnya adalah fase kualiti, artinya, seorang muslim harus benar-benar menjadikan amaliah ini berkelanjutan (istiqamah) dan berbobot (kualitas). Penulis akan membahas empat ciri muslim yang berkualitas sebagaimana banyak disebut dalam Hadits.

1. Memprioritaskan kualitas amal
Adalah muslim yang menempatkan amal dalam skala prioritas sebagai bukti keislamannya. Prioritas dimaksudkan di sini adalah akhir dari pelaksanaan amal di hadapan Allah SWT, diterima (maqbul) ataukah sebaliknya ditolak (mardud)? Agar amalan maksimal dan maqbul, harus dipadukan sifat raja’ (berharap) dan khauf (takut) dengan seimbang. Tidak boleh terlalu percaya diri bahwa seluruh amalan yang dilakukan akan Allah terima, tapi juga tidak boleh terlalu takut (pesimis) bahwa segala amalan yang dilakukan akan Allah tolak. Tapi menjadi pribadi muslim yang fokus pada kualitas amal seperti sabda Rasul Saw:

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ وَهْبٍ الهَمْدَانِيِّ ، أَنَّ عَائِشَةَ ، زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ :سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: ﴿ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ: قَالَتْ عَائِشَةُ: أَهُمْ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ، وَيَسْرِقُونَ؟ قَالَ: “لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ ( رواه الترمذي)

Telah bercerita pada kami Ibn Abi ‘Umar, Sufyan, Malik bin Mighwal, dari Abdurrahman bin Sa’id bin Wahb al-Hamdani, bahwa Aisyah istri Nabi Saw. berkata: Aku bertanya pada Rasulullah Saw. tentang ayat: ‘Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut’ (QS. Al Mu’minun: 60). Apakah mereka ini orang-orang yang minum khamr dan mencuri? Bersabda: “Tidak wahai Aisyah, tapi mereka adalah orang yang puasa, shalat, bersedekah, tapi mereka takut amalan-amalan mereka tidak diterima. Merekalah orang-orang yang senantiasa bersegera mengerjakan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadis ini terekam dalam Sunan At-Tirmidzi, no. 3175 dan Shahih Sunan At-Tirmidzi, no. 2537, dimana menurut kritikus Hadits Al-Albani, dinilai shahih. Terkait kata takut (wajilah), tabiin Hasan al-Bashri dalam Tafsir Ath-Thabari menjelaskan, bahwa seorang mukmin adalah orang yang terkumpul dua hal dalam dirinya: amal terbaik (berkualitas) dan (di sisi lain) khawatir (amalnya tidak diterima). Sedang munafik orang yang terkumpul dua hal pada dirinya, yaitu: buruk (amalannya) dan merasa aman (dari siksa Allah). Lalu Hasan Al-Bashri membaca (ayat), “Sesungguhnya (mereka) adalah orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka (QS. Al-Mu’minuun : 57).

2. Mengetahui salah satu inti amal-perbuatan adalah pahala surga
Ciri kedua yang dimiliki oleh Muslim yang berkualitas adalah surga, maksudnya, segala perbuatan (amalan) yang dilakukan hanya difokuskan pada pahala surga, bukan yang lain. Pahala surga yang diinginkan dapat tercapai, bila perbuatan yang dilakukan terbebas dari sifat angkuh (sombong) dan putus asa, Rasul Saw. bersabda:

حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ ، عَنْ سَلْمَانَ الأَغَرِّ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الْهَلَاكُ فِي اثْنَتَيْنِ، الْقُنُوْطُ، وَاْلعُجْبُ (رواه ابن حبان)

Telah berkabar pada Hammad bin Salamah dari Atha’ bin Saib, dari Salman al-Aghar, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SA bersabda: Kebinasaan ada pada dua hal: Putus asa (dari rahmat Allah) dan membanggakan diri (dengan amalannya) (HR. Ibnu Hibban)

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam Shahih-nya, no. 5671; Sunan Ibn Majah, no. 3569 dan Sunan al-Baihaqy, no. 1084. Pun membaca doa yang diajarkan Rasul pada istrinya:

عَنْ عَائِشَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ عَلَّمَهَا هَذَا الدُّعَاءَ : اللّهمّ إٍني أَسْأَلُكَ الْجَنَّـةَ، وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِن قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ النَّارِ، وَمَا قَـرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قولٍ أَوْ عَمَلٍ (رواه ابن ماجه)

Dari Aisyah, bahwa Rasulullah Saw mengajarkan doa ini: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga, dan apa-apa yang mendekatkan aku padanya, baik perkataan maupun perbuatan. Dan aku berlindung pada-Mu dari neraka, dan apa yang mendekatkan pada, baik ucapan atau amal (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini terekam dalam Sunan Ibn Majah, no. 3846, Musnad Ahmad, no. 1484, dimana Al-Albani menilainya shahih (Silsilatu al-Ahadits as-Shahihah, no. 1542)

3. Hiasan hidup adalah akhlak mulia
Muslim berkualitas menyeimbangkan amalan fardi (pribadi) dan ijtima’i (sosial-muamalah) yang hemat penulis, ditekankan pada akhlak mulia, yang diibaratkan sebagai penyempurna suatu bangunan agar tampak indah dan menarik. Ia adalah hiasan diri muslim seperti Hadits hasan riwayat At-Tirmidzi (no. 1941) dan dalam hadits lain riwayat Abu Dawud (no. 4165), seorang muslim yang akhlakya mulia, derajatnya disamakan dengan orang yang rajian shalat dan puasa.
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا (رواه الترمذي)

Dari Jabir, bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sungguh yang paling aku cintai diantara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya (HR. At-Tirmidzi)

4. Inti hidup adalah kemanfaatan
Ciri terakhir seorang muslim berkualitas adalah memproduksi nilai manfaat (langsung ataupun tidak), artinya, seluruh amalannya tidak menimbulkan kerusakan, bahaya dan kerugian bagi orang lain. Ibarat lebah, yang digambarkan Nabi Saw. (riwayat Ahmad, no. 6872, di-shahih-kan Syekh Ahmad Syakir), selalu menebar kemanfaatan.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ مَطَرٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ قَالَ :وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد (رواه أحمد)

Bercerita pada kami Abdurrazaq, Ma’mar, dari Mathar, dari Abdullah bin Buraidah, berkata : Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah, selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak (HR. Ahmad)

Al-Munawi dalam Faidh al-Qadir, menjelaskan bahwa lebah adalah hewan cerdas, jarang menyakiti, rendah (tawadlu), bermanfaat, selalu merasa cukup (qana’ah), bekerja di waktu siang, menjauhi kotoran, makanannya halal nan baik, ia tak mau makan dari hasil kerja keras lebah lain, amat taat pada pemimpinnya, berhenti bekerja bila telah gelap dan muncul mendung, angin, asap, air dan api. Demikian pula seorang mukmin, amalnya akan terkena penyakit bila terkena gelapnya kelalaian, mendungnya keraguan, angin fitnah, asap haram, dan api hawa nafsu. Wallahu a’lam bi–shawab.
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ, وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَ تَقَبَّلَ مِنّي وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ




اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَي آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
...... Marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa, semoga Allah SwT berkenan memberikan kita kemampuan untuk melaksanakan anjuranNya sehingga kita meraih kesuksesan dan kebahagaiaan dunia akhirat. Aamiin
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وِ يَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Share:

Categories