Mari Belajar Sepanjang Hayat
Sebagai petunjuk, rahmat dan cahaya Allah bagi umat manusia, Al-Qur’an merupakan mujizat yang berlaku sepanjang zaman. Sejak lebih dari empat belas abad silam tak ada satupun teori ilmiah atau fenomena alam yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Oleh sebab itu, sepanjang hayat mari kita belajar tanda-tanda kebesaran Allah baik secara Qauliyah maupun Kauniyah.
Firman Allah dalam QS Fuṣṣilat 41: 53
Sanuriihim Aayaatinaa fil aafaaqi wa fiii anfusihim hattaa yatabaiyana lahum annahul haqq; awa lam yakfi bi Rabbika annahuu 'alaa kulli shai-in Shahiid
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Untuk membuktikan bahwa Al-Qur’an benar, mari kita memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada diri kita masing-masing.
Asmaul-Husna (Kode 99) Ada di Kedua Telapak Tangan Kita
Pada telapak tangan kiri dan kanan kita, jika kita perhatikan dengan cermat, kita melihat simbol seperti huruf “M” yang merupakan pencerminan (berkebalikan bagai pinang dibelah dua). Padahal tidak demikian. Pada telapak tangan kiri kita terlihat seperti huruf “/\” dan huruf “l”. Jika kita gabung menjadi (/\l) yang dalam Abjad Arab merupakan angka 81 (delapan puluh satu). Sebaliknya, pada telapak tangan kanan kita terlihat seperti huruf “l” dan huruf “/\”. Jika kita gabung menjadi (l/\) yang dalam Abjad Arab merupakan angka 18 (delapan belas). Jika kedua telapak tangan kita, kita dekatkan maka terbaca (/\l)| (l/\).
Hal tersebut di atas menunjukkan dua makna.
Pertama, 18 + 81 = 99. Ini menandakan bahwa diwakili oleh kedua telapak tangan kita, kita mesti bertashbih dan berdzikir dengan mengingat dan menyebut Asma Allah.
Kedua, jika terbaca (/\l)| (l/\) tanpa pembatas, akan terbaca (/\ll/\) atau 1881 (seribu delapan ratus delapan puluh satu). Dan 1881 ini merupakan perkalian 19 dan 99 atau 19x99. Jelasnya, 19x99 = 1881 mendeskripsikan angka kelipatan 19 yang ke-99 atau angka kelipatan 99 yang ke-19.
Ketiga, artinya bahwa Allah dengan asmaul-husna (99 asma wa shifat) memelihara jagad raya, dan tentu saja yang ada dalam diri kita secara terus-menerus. Hal ini diwakili Ar-Rabb, Ar-Rahman, Ar-Rahiim, Al-Malik, Al-Ilaah, Al-Hadi yang tersirat dan tersurat dalam QS Al-Fatihah. In sya’a Allah angka 19 dan 99 akan dibicarakan tersendiri dalam tulisan berikutnya (yang lain, yang baru). Subhanallaah wa l-hamdu lillaah, tentu di balik perumpamaan tersebut di atas, kita berusaha mengambil hikmah bahwa kita sebagai makhluk dan hamba wajib banyak bersyukur kepada Allah atas karunia yang besar dan tak terperikan ini. Ibarat ada 1881 kenikmatan yang kita terima secara terus-menerus di sepanjang hayat kita.
Dengan kata lain, dengan memahami ayat-ayata Kauniyah seperti tersebut ini, membuat kita semakin tekun beribadah dan beramal shalih lillaahi ta’ala, semata-mata karena Allah. Dengan asma Allah yang ada di diri kita masing-masing, seharusnya kita menjauhi perbuatan mungkar, seperti kufur nikmat, berbuat jahil, serakah, tidak mau bersedekah, dan sebagainya.
Saksikan juga suara dari Ilma Plojovic – Esma ul Husna (99 Names of Allah): https://youtu.be/lm9S_K17-XU
Asma Allah Ada di Kedua Telapak Tangan Kita
Tahukah kita, bahwa ruas-ruas tulang jari (tapak tangan maupun telapak kaki) kita, terkandung jejak-jejak nama Allah, Tuhan yang sebenar pencipta alam semesta beserta isinya ini. Kalau tidak percaya bisa didemonstrasikan. Silakan perhatikan salah satu tapak tangan kita (bisa tangan sebelah kanan bisa juga tangan sebelah kiri). Perhatikan lagi dengan lebih seksama:
- jari kelingking membentuk huruf alif
- jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk membentuk huruf lam(double)
- jari jempol (ibu jari) membentuk huruf ha’
Keistimewaan pada jari jemari kita menunjukkan kebenaran firman Allah yang menyatakan bahwa segala sesuatu ada bekasnya. Allah tidak akan menyia-nyiakan bekas-bekas ini untuk dituntut di yaumil akhir nanti. “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan".
Artinya, ”Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yaasin 36:12)
Kode 19 Ada di Telapak Tangan Kita
Terdapat 14 ruang jari pada telapak tangan kita dan 5 ruas yang membangun bagian telapan tangan. Rinciannya tergambar pada tabel berikut,
Al-Quran diawali Bismillah. Jumlah huruf Bismillah itu terdiri dari 19 huruf, yaitu, 1. ba, 2. sin, 3. mim, 4. alif, 5. lam, 6. lam, 7. ha, 8. alif, 9. lam, 10. ra, 11. ha, 12. mim, 13. nun, 14. alif, 15. lam, 16. ra, 17. ha, 18. ya, dan 19. mim.
Kalimat ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمmerupakan sebuah kalimat yang sangat penting dan sakral dalam ajaran agama Islam. Mengawali setiap pekerjaan dengan membaca ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم merupakan ajaran serta perkara yang penting oleh umat Islam. Hal ini sesuai dengan Sabda dari Rasulullah yang artinya : “Setiap perkara yang baik di awali dengan membaca Bismillah maka perkara itu akan mendapatkan keberkahan”. (Hadits Riwayat Al-Khatib dalam Al-Jami (di dalam Al-Qur’an setiap surah, terkecuali surah At-Taubah, selalu diawali dengan
ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Dan yang mesti kita ingat bahwa bagian dari aktivitas kita dilakukan oleh tangan. Dalam hal ini telapak tangan kita yang mewakili seluruh tubuh untuk mengucapkan
ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم.
Kode 8 Ada di Pergelangan Tangan Kita
Tulang-tulang pergelangan tangan ada di pangkal telapak tangan kita berjumlah 8 ruas.
Hal ini mengingatkan kita kepada 8 golongan penerima zakat, yaitu : 1. fakir, 2. miskin, 3. amil, 4. mualaf, 5. budak, 6. orang yang berhutang, 7. orang yang berjihad, dan 8. anak jalanan.
Golongan penerima zakat termaktub dalam surat QS At Taubah 9:60 yang artinya :
"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana."
Zakat merupakan salah satu rukun Islam diwajibkan bagi umat muslim yang mampu menjalankannya. Adapun zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan oleh semua umat muslim di bulan puasa Ramadan dan ditunaikan sebelum melaksanakan salat Idulfitri.
Bukti Menguatkan bahwa Al-Qur’an Diturunkan dalam Bahasa Arab
Ada empat kitab yang diturunkan Allah SWT kepada empat nabi dan rasul berbeda. Adalah kitab Taurat yang diterima Nabi Musa AS, Zabur diterima Nabi Daud AS, Injil diterima Nabi Isa AS, dan terakhir Al-Qur’an diterima Rasulullah SAW. Selain penerimanya, bahasa yang digunakan keempat kitab Allah ini juga berbeda-beda. Taurat menggunakan bahasa Ibrani, Zabur dengan bahasa Qibti, Injil dengan bahasa Suryani, dan Al-Qur’an berbahasa Arab.
Saat ini kitab suci yang berlaku bagi umat Islam adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia penyempurna kitab-kitab terdahulunya. Al-Qur’an adalah petunjuk untuk selamat di dunia dan akhirat. Sebagaimana disebut sebelumnya, Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ini menggunakan bahasa Arab.
Mengapa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab?
Menurut Prof Quraish Shihab , alasan Al-Qur’an berbahasa Arab :
Pertama, Karena Masyarakat saat Itu Berbahasa Arab.
“Tidak ada satu ajaran yang ingin disampaikan pada suatu masyarakat kecuali bahasa yang digunakannya adalah bahasa yang dipahami oleh masyarakat itu. Mengingat saat itu Al-Qur’an diturunkan di Makkah dan Madinah, maka Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab.”
Alasan pertama ini bisa saja muncul pertanyaan berikutnya. Kenapa Al-Qur’an harus turun di Makkah dan Madinah? Kenapa tidak di Amerika, Inggris, atau Australia?
“Kalau ada satu ajaran yang ingin ditujukan kepada semua penjuru di mana sebaiknya di mulai? Apa di ujung atau di tengah? Mestinya di tengah. Posisi tengah itu bisa di Timur Tengah yang secara strategis bisa ke arah Barat, Timur, Selatan, atau Utara. Sehingga memudahkan penyebaran Al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia, apalagi saat itu alat transportasi dan informasi masih sangat terbatas.” tuturnya, dikutip dari video yang diunggah YouTube Pase Blinken, Senin (8/1/2024).
Kedua, Karena Diturunkan di Makkah
“Kalau bicara Timur Tengah, Al-Qur’an bisa diturunkan di Irak, Iran, Mesir, atau Yaman. Akan tetapi, di Timur Tengah saat itu ada dua kekuatan besar dunia yaitu Persia dan Romawi. Persia menyembah api, Romawi menganut agama Kristen walaupun akhlaknya bukan akhlak yang diajarkan Nabi Isa. Seandainya Islam yang mengajar tauhid ini muncul di Persia kira-kira akan dibiarkan oleh penguasa? Tidak. Kalau muncul di Romawi? Tidak. Oleh karenanya, Al-Qur’an turun di satu wilayah di tengah yang belum dikuasai oleh Persia dan Romawi. Makkah saat itu belum dikuasai. Makkah itu oleh Al-Qur’an dinamai ummul-qura, pusat bumi.”
Ketiga, Karena Bahasa Paling Kaya
Pertanyaan kembali muncul, di Makkah kan banyak orang, kenapa harus Nabi Muhammad SAW?
“Karena orang paling terpercaya pada masa turunnya Al-Qur’an adalah Nabi Muhammad SAW. “Wajar gak? Dia bahasa Arab. Masyarakat yang diajar ini berbahasa Arab, Al-Qur’an turun dalam bahasa Arab, apalagi bahasa Arab itu diakui oleh semua ahli adalah bahasa yang paling kaya yang dikenal umat manusia.”
Al-Qur’an Tak Terlepas dari Asbab al-Nuzul
Memahami al-Qur’an tidak cukup hanya dengan mengandalkan penguasaan bahasa Arab, apalagi hanya dengan bekal terjemah. Dibutuhkan banyak piranti untuk dapat memahami al-Qur’an dengan benar agar tidak terjatuh dalam penafsiran yang arbriter. Salah satu piranti yang dibutuhkan dalam memahami al-Qur’an adalah asbāb al-nuzūl. Ibnu Daqīq al-‘Īd berkata, “Penjelasan sabab Nuzūl adalah jalan yang kuat untuk memahami al-Qur’an”. Sementara al-Wāhidī menjelaskan, “tidak mungkin mengetahui penafsiran suatu ayat tanpa mengacu pada kisah ayat tersebut dan penjelasan turunnya.”. Sedangkan Ibnu Taimiyah berpandangan, “mengetahui sabab Nuzuūl dapat membantu memahami al-Qur’an. Sebab, mengetahui ‘sebab’ dapat melahirkan pengetahuan tentang ‘akibat’ ”.
Di samping itu asbāb al-nuzūl merupakan konteks situasi yang dapat menentukan makna teks. Tanpa memahami konteks, pemahaman terhadap teks dapat mengalami distorsi. Dengan mengetahui asbāb al-nuzūl, kemugkinan terjadinya distorsi pemahaman dapat dikurangi, bahkan dihilangkan. Sebab, seperti dikatakan al-Shāṭibī, mengetahui asbāb al-nuzūl sama artinya dengan mengetahui konteks situasi.
Wajar bahwa Asma Allah Menggunakan Abjad Arab
Dengan memperhatikan penjelasan tersebut di atas, wajar bahwa Asma Allah menggunakan Abjad Arab sebagai Ayat-ayat Kauniyah. Bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an. Bahasa Arab sebagai media Ayat-ayat Qauliyah. Allah memilih Bahasa Arab untuk transformasi pesan abadi dan generalnya. Dalil pilihan ini tepat, karena beragam tipologi khusus dan kemampuan bahasa Arab dalam transformasi pelbagai konsep dan makna dapat menjadi dalil pilihan Tuhan atas bahasa ini. Berdasarkan hal itu, bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Qur’an merupakan bentuk kemurahan Allah yang mengemuka pada sebelas ayat dalam al-Qur’an.
Nashrun min Allah wa fathun qariib.
Referensi :
- http://adanikmatdisini.blogspot.com/2013/04/rahasia-telapak-tangan.html?m=1
- http://www.voa-islam.com/read/muslimah/2013/12/15/28140/allahu-akbartanda-tanda-kebesaran-allah-pada-tubuh-manusia/#sthash.1V9sINZq.dpbs
- https://erfan.ir/indonesian/83643.html
- https://hendronoorherbanto.wordpress.com/2018/06/08/99-asmaul-husna-di-kedua-tangan-kita/
- https://staialanwar.ac.id/problematika-asbab-al-nuzul/
- https://tips-belajar-matematika.blogspot.com/2016/10/metode-jarimatika-untuk-penjumlahan-dan.html?m=1
- https://www.daarelqolam.ac.id/artikel/pelajaran/2010/08/mukjizat-jari-jemari/
- https://www.gramedia.com/literasi/telapak-tangan/
- https://www.kaskus.co.id/thread/54595d07bccb17aa3a8b4573/subhanalloh-jumlah-asmaul-husna-dalam-telapak-tangan-manusia
- https://www.liputan6.com/islami/read/5500413/3-alasan-al-quran-berbahasa-arab-menurut-prof-quraish-shihab-kenapa-turun-di-makkah?page=4
Pangkur-Ngawi, 14 Juni 2024 M / 06 Dzulhijjah 1445 H Pukul 17.06 WIB
*) Penulis adalah Budayawan/Penasihat GPMB Ngawi bertempat tinggal di Desa Pangkur, Kecamatan Pangkur, Ngawi dan Pengurus PCM Pangkur