Khutbah Jum'at: Tiga Besaran Nikmat Allah
Oleh: Ismet Pahlevi
Guru Agama dan Mubhalig Muhammadiyah Kepulauan Anambas
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَعْطَىنَا بِالصَّبْرِ وَالشُّكْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الصَّبُوْرُ الشَّكُوْرُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَخْرَجَنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Alhamdulillah, kita bersyukur ke khadirat AllahSWT. yang dengan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah kita pada siang ini kembali menunaikan fardhu Jum’at, sebagai salah satu wujud nyata dari taqwa kita kepada Allah SWT.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sudah tidak dapat kita pungkiri, bahwa dalam kehidupan ini, kita selalu menerima ni’mat Allah yang melimpah ruah. Karena saking banyaknya, tidak ada satu mesin atau teknologi secanggih apapun yang mampu mencatat berapa banyak ni’mat Allah tersebut.
Sehingga jika seandainya ranting-ranting kayu yang ada di permukaan bumi ini di jadikan pena, dan seluruh lauatan yang luas dan dalam ini, dijadikan tinta, untuk menuliskan ni’matni’mat Allah, niscaya ranting-rangting kayu itu akan hancur atau musnah dan lautan itu akan kering, namun ni’mat-ni’mat Allah masih banyak yang belum tertuliskan.
Dalam hubungan ini, maka wajarlah kiranya, jika Allah SWT. Menantang kita dan mempersilakan kepada kita, kalau memang kita mau dan mampu melakukan penghitungan terhadap ni’mat-ni’mat Allah tersebut. Namun pasti, kata Allah, sekali lagi pasti, kita tidak akan mampu untuk menghitungnya.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ
“Dan jika sekiranya kamu ingin menghitung- hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu untuk menghitungnya” (QS. Ibrahim ayat 34).
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah.
Walaupun ada sebuah hadits Rasulullah SAW. yang menyatakan :
“Sesungguhnya Allah memiliki seratus ni’mat (rahmat). Satu ni’mat diantaranya telah diturunkan Allah dan dibagi-bagikan Nya kepada jin, manusia dan binatang. Dengan ni’mat yang satu tersebut, maka semua makhluk akan saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan ni’mat yang satu itu pulalah, seekor keledailiar mengasihi anaknya. Adapun ni’mat (rahmat) yang lainnya (99) itu, digunakan Allah untuk mengasihi hamba-Nya di akhirat (pada hari kiamat) kelak”.
Memang, kalau dilihat dari segiprosentasi, kelihatannya sangat sedikit.Dari 100 ni’mat yang dimiliki Allah, hanya 1 ni’mat yang diperuntukkan-Nya bagi makhluk di dunia ini. Sementara yang 99 ni’mat lainnya, Allah persiapkan untuk makhluk-Nya yang hidup di akhirat kelak.
Sepertinya ini tidak sebanding. Memang kalau dilihat dari segi pembagiannya jelas tidak seimbang. Namun, kalau kita lihat dan rasakan dari segi nilainya, tentu tidak dapat kita bayangkan betapa besarnya. Walaupun ni’mat yang diturunkan Allah ke dunia ini hanya 1% saja, akan tetapi bagi ukuran kita, atau bagi ukuran duniawi, sudah merupakan ni’mat yang sangat banyak, karena dari satu sumber ni’mat inilah terpancar ni’matni’mat lainnya yang beraneka ragam jenis dan macamnya dan sangat banyak jumlahnya, sehingga wajar jika tak seorangpun diantara kita yang mampu untuk menghitungnya.
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia
Kendatipun ni’mat Allah itu sangat banyak. Namun para ulama sepakat untuk mengelompokkan ni’mat Allah ini ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok besar yang pertama adalah ni’mat hidup dan kehidupan. Ni’mat ini diberikan oleh Allah SWT.
Kepada seluruh makhluk-Nya, tanpa terkecuali. Tidak saja kepada manusia, tetapi binatang dan tumbuh-tumbuhan pun juga diberikan nikmat ini. Bahkan kepada malaikat dan jin, termasuksi durjana iblis dan syetan, semuanya diberikan ni’mat hidup dan kehidupan olehAllah SWT.
Muslimin rahimakumullah
Tahukah kita, bahwa yang menyebabkankita bisa hidup di permukaan bumi ini, dikarenakan bumi ini berputar. Dalamsatu kali putaran memakan waktu 24 jam atau satu hari. Bagi belahan bumi yang menghadap matahari, maka di sana terjadi siang. Sebaliknya, bagi belahan bumi yang membelakangi matahari, maka di sana terjadi malam.
Demikian seterusnya silih berganti, hingga hari kiamat nanti. Dengan berputarnya bumi, maka terjadilah siang dan malam. Di sinilah sebenarnya rahasia kehidupan kita. Dengan perputaran bumi inilah, kita bisa hidup dipermukaan bumi ini. Coba kalau kita bayangkan, bagaimana dan apa yang terjadi jika sekiranya bumi kita ini tidak berputar?
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia
Seandainya bumi ini tidak berputar, berarti ada belahan bumi yang mengalami siang terus-terusan dan ada belahan bumi yang mengalami malam terus-terusan.
Bagi belahan bumi yang mengalami siang terus-terusan, maka menurut prakiraan para ahli, bahwa dalam jangka waktu 100 jam saja, maka suhu udara yang ada di permukaan bumi tersebut akan mencapai 100 derajat celsius.
Ini berarti seluruh zat cair, baik itu air laut, air sungai, air danau air kali, air sumur dan sebagainya, semuanya akan mendidih, Bahkan persediaanair yang ada dalam tubuh kita, termasuk darah kita, karena darah juga merupakan zat cair, juga ikut mendidih. Kalau sudah demikian keadaannya, maka sudah dapat dipastikan, tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi ini, bahkan lama kelamaan bumi ini hangus dan hancur lebur jadi debu.
Sebaliknya, bagi belahan bumi yang mengalami malam terus terusan, maka menurut prakiraan para ahli, bahwa dalam jangka waktu 100 jam saja, maka suhu udara yang ada di permukaan bumi tersebut menjadi 0 derajat celcius. Ini berarti seluruh benda cair akan menjadi beku. Maka kalau sudah demikian keadaannya, maka sudah dapat dipastikan, tidak akan ada kehidupan dipermukaan bumi ini.
Begitulah, dengan Rahman dan Rahim-Nya, Allah SWT. telah menjadikan bumi ini berputar, sehingga terjadilah siang dan malam secara silih berganti, yang karenanya maka suhu udara yang ada di permukaan bumi akan selalu stabil atau konstan, tidak terlalu panas, tidak pula terlalu dingin.
Cukup banyak ayat Al-Qur’an memberikan pernyataan, betapa ke Mahabesaran Allah SWT. yang dengan kuasa- Nya telah menciptakan langit dan bumi serta mengatur silih bergantinya siang dan malam. Allah berfirman
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Qs. Ali Imran : 190).
Besaran ni’mat yang ke dua adalah ni’mat kebebasan berpikir atau kemerdekaan. Dengan ni’mat kebebasan berpikiratau kemerdekaan ini, manusia dipersilakan oleh Allah untuk memilih apa saja yang ia mau. Ketika ia sedang haus, di sebelahnya tersedia air teh manis, air susu, air kopi, air es dan sebagainya, tentu ia bebas memilih yang mana yang ia suka.
Demikian juga dalam kehidupan beragama, Allah dengan jelas dan tegas telah memberikan petunjuk-Nya kepada kita manusia, melalui Al-Qur’an dan Sunnah. baik mengenai perintah atau kewajiban yang harus dijalankan maupunberbagai larangan yang harus dihindarkan.
Namun Allah sama sekali tidak memaksa kita, mau dilaksanakan kewajiban itu, atau tidak. Mau dilanggar atau dipatuhi larangan itu, Allah tidak perduli. Yang jelas, Allah sudah memberikan garisan- garisan-Nya yang tegas dan jelas, yang kesemuanya tentu ada risiko atau konsekuensinya.
Demikianlah, memang kebebasan memilih selalu diiringi dengan penghargaan atau hukuman. Bagi yang rajin menjalankan perintah-Nya dan selalu menjauhi larangan-Nya, maka ia akan diberikan penghargaan oleh Allah berupa pahala sorga. Sebaliknya, bagi yang malas mejalankan perintah-Nya dan tidak mengindahkan larangan-Nya, maka ia akan diberikan hukuman berupa siksa neraka.
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang berbahagia
Besaran ni’mat yang ketiga, atau ni’mat yang terakhir adalah ni’mat hidayah atau ni’mat Iman dan Islam. Berkaitan dengan ni’’mat ini Allah berfirman .
۞ سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus (QS. Al- Baqarah: 142).
Hidayah adalah mutlak milik Allah. Wewenang sepenuhnya ada di tangan- Nya. Rasulullah sendiri tidak diberikan hak oleh Allah SWT. untuk memberikan hidayah kepada orang lain, sekalipun kepada keluarga, sahabat atau orang yang beliau cintai.
Sebagai contoh, seperti Abu Thalib, paman Nabi. Beliau adalah orang yang sangat mencintai Rasulullah. Beliau adalah orang yang sangat berjasa terhadap keberadaan Islam dan kaum Muslimin di masa Rasulullah.
Beliau adalah orang yang setiap saat menyaksikan betapa kemuliaan, kejujuran dan keindahan budi pekerti Rasulullah. Beliau adalah orang yang senantiasa menyaksikan betapa kebesaran mu’jizat Rasulullah. Namun apa hendak dikata, ternyata di akhir hayat beliau, paman Nabi yang bernama Abu Thalib ini, tidak sempat mengucapkan dua kalimat syahadat.
Kenapa? karena tidak mendapat hidayah Allah SWT. Padahal sebelumnya Rasulullah SAW. sudah berusaha sebisa-bisanya membujuk dan membimbing beliau, namun malah justeru tidak dihiraukan oleh beliau.
Melihat keadaan pamannya yang sedemikian ini, tak dapat dielakkan lagi, berlinanglah air mata beliau, Rasulullah benar-benar sedih hatinya, sehingga terucaplah permohonan sekaligus pengaduan beliau untuk meminta pertimbangan Allah terhadap keadaan pamannya ini. Namun justeru pengaduan Rasulullah tersebut mendapat teguran keras dari Allah SWT.
Karena itu Rasulullah menyadari akan kelemahan dirinya di hadapan Allah SWT. Beliau tidak bisa berbuat banyak tanpa izin Allah, tanpa kehendak Allah. Dan Allah Maha Tahu serta Maha Bijaksana terhadap apa yang menjadi keputusan-Nya kendati menurut kacamata manusia mungkin dirasa kurang adil.
Beruntunglah kita saat ini, karena telah ditakdirkan Allah menjadi orangorang yang dianugerahi ni’mat Hidayah atau ni’mat Iman dan Islam, sebab tidak semua orang dapat memperolehnya. Lagi pula, Rasulullah dalam sebuah hadits beliau pernah bersabda, kata beliau : “Sangat berbahagia sekali, orang yang pernah bertemu dengan aku, kemudian ia beriman”. Akan tetapi justeru Nabi mengulanginya sampai tiga kali, kata beliau : “Lebih berbahagia lagi, lebih berbahagia lagi, lebih berbahagia lagi, orang yang tak pernah bertemu dengan aku, namun ia beriman, ia percaya”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر